Pertanianku — Belum lama ini Indonesia kedatangan tamu dari Belanda, yaitu Vice Minister of Agriculture and Food Quality the Netherlands Mr. Jankees Goet. Perwakilan dari Negara Belanda tersebut menghadiri Focus Group Dicussion yang bertajuk “Circular Food System in Indonesia” pada Senin (11/3) di Gedung A Kementerian Pertanian.

Indonesia merupakan negara yang berperan sebagai Chair Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases. Dilansir dari laman Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry selaku Chaif of GRA periode 2019—2020 menyampaikan jika saat ini aliansi riset ini sudah memiliki 62 anggota negara.
“Tujuan pelaksanaan FGD hari ini diharapkan dapat menggali ide bersama counterpart Indonesia lainnya untuk dapat membangun tiga ide proyek yang akan diupayakan bersama,” ujar Fadjry.
Melalui FGD tersebut diharapkan adanya inisiasi kerja sama antara Indonesia dengan Belanda yang bisa langsung diimplementasikan di lapangan sehingga bisa menjadi show window penerapan sistem pangan sirkular.
Pada FGD tersebut dihadiri oleh dua pembicara, yaitu Dr. Jan Verhagen dari Wageningen dan Prof. Fahmudi Agus. Kedua pembicara tersebut membahas terkait ide kerja sama antar Indonesia dengan Belanda. Counterpart Indonesia yang hadir dalam FGD tersebut adalah Balitbangtan Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta perwakilan Ditjen Teknis Kementerian Pertanian.
Salah satu pembahasan yang dibahas dalam FGD tersebut adalah nutrisi pangan yang dihasilkan oleh kedua negara tersebut. Perlu adanya peningkatan dalam pemanfaatan lahan dari upaya pengelolaan lahan, tetapi dengan minimal input. Jan Verhagen mengatakan saat ini di Belanda pun sedang fokus untuk menjaga keamanan pangan dibanding kecukupan pangan.
Saat ini hampir seluruh negara sudah mulai fokus untuk memperbaiki sistem pertanian yang dianggap merugikan lingkungan karena sistem yang salah. Sudah saatnya sistem pertanian diganti dan fokus terhadap hasil produksi yang bernutrisi dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Prof. Fahmudin Agus.
“Upaya kerja sama di bidang emisi gas rumah kaca tidak saja ada di tataran produksi pertanian, namun juga di peternakan. Oleh karenanya, menekan intesitas emisi dari pelaksanaan produksi pertanian amat penting,” ujar Prof. Fahmudin Agus.