Pertanianku – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih mengimpor singkong. Impor singkong pada Maret 2016 lalu mencapai 987,5 ton atau senilai US$ 191.093. Impor singkong mayoritas didatangkan dari Vietnam. Melihat fenomena ini, Kementerian Pertanian Amran Sulaiman selaku regulator sektor pertanian angkat suara.
“Adanya impor singkong terjadi pada Januari-Maret disebabkan pola produksi bulan tersebut rendah,” ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi dikutip Detik Finance, (22/4).
Penyebab impor lainnya bukan karena kekurangan produksi, tetapi produk singkong nasional belum semuanya memiliki standar kualitas Hazard Analysis Critical Control Point Specification (HACCP). Indonesia sebetulnya juga tercatat sebagai eksportir singkong. Selama tahun 2015, petani Indonesia mengekspor 16.755 ton singkong senilai US$ 8,7 juta.
Meski tercatat sebagai eksportir, Kementan berkomitmen untuk menekan impor. Amran melakukan upaya guna peningkatan produksi dengan membantu pemberian sarana produksi (saprodi). “Upaya meningkatkan produksi tahun 2016, sedang dilakukan melalui program peningkatan produksi singkong seluas 25.000 ha, di Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Yogya, Kaltim, Kaltara. Ada 11 Provinsi, pemerintah bantu saprodi,” ujar Amran.
Kementan mencatat produksi ubi kayu di 2015 sebesar 21,7 juta ton, sedangkan 2016 ditargetkan sebanyak 27 juta ton. Produksi singkong nasional tercatat terbesar nomer 3 di dunia setelah Nigeria dan Thailand. Dari total produksi 21,7 juta ton, sebesar 0,8 juta ton untuk dikonsumsi langsung, 10 juta ton untuk industri pangan pakan, sisanya 10 juta ton untuk kebutuhan ekspor dan industri lainnya. Produsen terbesar di Lampung 279.000 ton atau setara 13, 2 % dari produksi nasional.