Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah WGAFFC 2019

Pertanianku — Indonesia siap menjadi tuan rumah WGAFFC (Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation), yakni penyelenggaraan pertemuan Indonesia dan Australia dalam Kelompok Kerja Pertanian, Pangan, dan Kehutanan ke-22 pada 2019. Hal ini diungkapkan oleh Banun Harpini Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian.

tuan rumah WGAFFC
Foto: Agro Indonesia

“Persiapan telah dilakukan dan pelaksanaannya akan digelar pada bulan Juni atau Juli tahun depan (2019),” kata Banun selaku co-chairman untuk WGAFFC melalui keterangan tertulisnya.

Menurut Banun kedua pihak (Indonesia dan Australia) sepakat untuk membahas tema sektor pertanian dan kehutanan. Kesepakatan ini dilakukan pada Desember 2018 lalu di Jakarta yang dihadiri oleh Louis van Meurs sebagai First Assistant Secretary, Trade Market Access, Department of Agriculture and Water Resources Australia.

Sebelumnya, pada Februari 2018 di Melbourne, telah disepakati oleh kedua belah mengenai persetujuan penggunaan metode iradiasi untuk ekspor komoditas mangga dan buah naga. Selain itu, ekspor produk olahan ayam juga sesuai dengan persyaratan biosecurity Australia.

“Persetujuan ini menjadi penting bagi ekspor buah mangga dan buah naga Indonesia karena dapat lebih bertahan lama. Sementara, di pihak Australia dicapai kesepakatan berupa importasi benih kentang yang harus sesuai dengan ketentuan perkarantinaan di Indonesia,” jelas Banun.

Sebagai tindak lanjut penggunaan metode iradiasi, Antarjo Dikin, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Barantan, meminta Australia segera mengutus ahli iradiasinya. Ke depannya eksportasi mangga asal Indonesia akan bekerja sama dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dalam penyempurnaan prosedur standar radiasi buah mangga.

Dari data Kementerian Pertanian, tercatat nilai ekspor komoditas pertanian Indonesia ke Australia senilai US$126,53 juta atau sebesar Rp1,77 triliun. Dengan komoditas unggulan di antaranya kedelai, kakao, kopi, karet dan nanas.

“Kerja sama Indonesia-Australia khususnya di bidang pertanian telah berlangsung lebih dari 20 tahun dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Untuk itu, kerja sama bilateral ini harus terus diperkuat,” tambah Banun.

Selain pembahasan mengenai perdagangan komoditas pertanian, juga dibahas agenda terkait kehutanan dan peningkatan kapasitas, capacity building bagi petugas karantina khususnya dalam hal keamanan pangan atau biosekuriti. Pembahasan isu-isu tersebut nantinya akan dibagi ke kelompok kerja atau taskforce masing-masing di antaranya Taskforce Crops and Plant Product, Taskforce on Livestock and Animal Products, dan Taskforce on Forestry.

Selain membawa agenda negosiasi khusus bagi produk pertanian yang bakal menembus pasar Australia, Banun juga berencana fokus pada penguatan sistem sertifikasi perkarantinaan.

“Akses pasar untuk produk buah tropis seperti manggis, pisang, dan buah lainnya akan menjadi fokus agenda dari kami. Juga kerja sama terkait Animal Health Certificate dan penguatan e-cert Indonesia-Australia yang telah berjalan,” tandas Banun.