Pertanianku — Sebuah perusahaan produsen daging sapi di Australia, yakni galPra mulai memanfaatkan tenologi dan inovasi dalam industrinya. Industri peternakan Australia itu menggunakan teknologi virtual reality.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi tekanan yang terus meningkat dari aktivis lingkungan dan hewan mengenai bagaimana industri mereka beroperasi. Meningkatnya desakan untuk transparansi dan makanan yang berkelanjutan secara etika, sosial dan lingkungan telah menjadi salah satu topik yang akan dibahas dalam forum Beef Australia 2018, ajang pameran terbesar dalam industri peternakan Australia.
Organisasi riset pengembangan dan pemasaran milik para produsen peternakan Australia, Meat and Livestock Australia (MLA) telah menggunakan teknologi virtual reality itu untuk mendidik konsumen tentang rantai pasokan.
Pengalaman realitas virtual itu mengajak konsumen mengikuti proses bagaimana hewan di peternakan dipindahkan ke fasilitas penggemukan dan diproses di tempat pemotongan, sebelum akhirnya disajikan pada sebuah piring di sebuah restoran.
Manajer program komunitas MLA, Fiona Young mengatakan, pengalaman maya (virtual reality) mengenai proses peternakan hingga ke piring saji telah terbukti menjadi cara yang efektif untuk mengatasi kesalahpahaman tentang industri peternakan.
“Teknologi ini tentu saja mampu membongkar beberapa asumsi dan stereotipe,” katanya. “Ini benar-benar bisa merasakan sendiri. Jadi begitu Anda menyalakan headset dan headphone, Anda benar-benar dikelilingi oleh rekaman itu sehingga memungkinkan untuk merasakan bahwa Anda benar-benar ada di sana,” lanjutnya.
“Anda benar-benar berada di helikopter, di lapangan penggembalaan, di truk bersama dengan ternak-ternak itu dan benar-benar mengalami apa yang mungkin seorang petani atau produser atau orang lain di industri akan alami,” kata Fiona menambahkan.
Dia mengatakan, di masa depan teknologi ini dapat digunakan untuk memungkinkan konsumen secara virtual mengunjungi peternakan dari mana makanan mereka berasal.
“Industri ini menjadi semakin maju dan berteknologi maju dalam alat komunikasi mereka dan saya pikir tentu saja itu bisa menjadi masa depan dari produk daging sapi,” katanya.
Pagar virtual, teknologi GPS yang dikembangkan oleh CSIRO ini memiliki potensi untuk menyingkirkan salah satu pekerjaan yang paling sulit dan paling sering ditakuti di pertanian.
Perusahaan teknologi Agersens memproduksi sabuk leher yang dikenakan hewan ternak. Alat tersebut akan mengeluarkan suara dan memberikan pulsa listrik jika mereka berkeliaran di luar peternakan virtual yang ditentukan. Selain itu, juga dapat dapat melatih ternak untuk tetap berada di dalam pagar yang tidak ada.
CEO dan pendiri perusahaan ini, Ian Reilly mengatakan nilai sebenarnya adalah bukan lebih dari sekadar mengurangi waktu dan biaya membuat pagar.
“Nilai sebenarnya dari alat ini adalah kemampuan teknologi ini untuk mengontrol tingkat persediaan dan pemanfaatan padang rumput dan meningkatkannya dengan cara yang berkelanjutan dan menghindari penggembalaan dan kerusakan lahan,” katanya.