Pertanianku — Saat ini penggunaan pupuk organik sudah mulai dilakukan oleh beberapa orang. Namun, sebagiannya lagi masih menggunakan pupuk anorganik karena mudah didapatkan dan mudah diolah. Padahal, penggunaan pupuk organik merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan kondisi tanah dan air.
Penggunaan senyawa agrokimia yang tidak terkendali dan proses produksi jenis industri merupakan salah satu penyebab ketidakseimbangan alam sehingga mengancam keberadaan sumber daya alam untuk generasi selanjutnya.
Hal tersebut bukan sebuah karangan dongeng. Kerusakan alam sudah tampak terlihat dari perubahan struktur tanah yang setiap hari terpapar zat kimia serta perubahan cuaca yang terjadi cukup ekstrem. Jika tidak segera diatasi, pada 2030 diramalkan akan terjadi bencana kerusakan pasokan pangan di berbagai kawasan dunia dan akan menyebabkan melonjaknya harga pangan di dunia.
Emisi gas rumah kaca
Dampak dari penggunaan bahan agrokimia yang berlangsung dalam beberapa dekade terakhir menimbulkan risiko terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesehatan. Misalnya, pencemaran senyawa pestisida dan limbah industri yang tidak mudah untuk terurai di alam. Hal tersebut juga dapat terjadi pada residu pupuk kimia yang digunakan dalam bidang pertanian.
Faktanya, Indonesia merupakan negara ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca setelah Amerika Serikat dan Cina. Sebagian besar gas rumah kaca dihasilkan dari lahan budidaya padi beririgasi. Bahan organik yang masih segar terdegradasi dan pemupukan urea (sumber N) dalam jumlah banyak merupakan salah satu penyebab yang paling dominan.
Lahan air dapat mengakibatkan pelepasan gas CH4 (metana) yang bersifat racun untuk lingkungan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, lahan sawah yang menggunakan pupuk urea sebanyak 300 kg/hektare, diindikasikan dapat menghasilkan 11,2 kg CH4 per hektare/hari.
Jika luas lahan pertanian mencapai 12,38 juta ha dan pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, total pemakaian pupuk urea dapat mencapai 10 juta ton. Dengan begitu, pelepasan gas metana setiap harinya mencapa 406.666,6 kg CH4/ha/hari.
Degradasi sistematik lahan sawah
Penggunaan pupuk yang berlangsung hampir di setiap usaha pertanian menyebabkan kejenuhan tanah terhadap residu pupuk dan terbentuknya limbah logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmiun (Cd). Sebagian besar lahan pertanian yang berada di daerah pantai utara Jawa Barat sudah tercemar kedua jenis logam tersebut.