Pertanianku – Sugeng Riyanto, warga Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat tidak pilih-pilih tipe tambak pemeliharaan udang vanamei yang ia budidayakan.
Pasalnya, menurut Sugeng, model tambak apa saja tidak mengganggu produktivitas budidaya udang vanamei.
“Udang vanamei bisa dipelihara di tambak pasir, tanah liat, tanah gambut, tanah bakau, dan tanah semen, tetapi untuk mendapatkan hasil maksimal sebaiknya pakai tipe tambak liat berpasir. Di Mamuju, semua tipe tambak ada kecuali tambak semen, dan hasil panennya rata-rata bagus,” kata Sugeng.
Sebetulnya, lanjut Sugeng, terdapat 2 tipe tambak yang cocok untuk membudidayakan udang vanamei, yaitu tipe tambak liat berpasir dan tambak sistem plastik mulsa.
“Dua tipe tambak tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan, tinggal pilih saja,” tambahnya.
Kelebihan tipe tambak liat berpasir, biaya operasionalnya tergolong cukup murah dan juga lebih bisa memacu pertumbuhan udang. Pasalnya, tipe tambak ini menggunakan sistem probiotik polikultur guna mengurai sisa pakan agar tidak menjadi penyakit. Di samping itu, pengurasannya sulit karena dinding tambak yang berupa tanah bertekstur lembek, mudah longsor jika terbentur.
Sementara itu, tipe tambak dengan plastik mulsa, lebih mudah membersihkan dasar tambak karena kotoran yang mengendap tidak bersentuhan dengan tanah. Kekurangannya adalah biaya yang mahal karena harus menggunakan teknik intensif, yakni menggunakan kincir air untuk suplai oksigen terlarut pada udang. Pertumbuhan udang pun tak perlu diragukan lagi.
Dalam membudidayakan udang vanamei menurut Sugeng, kunci utama agar pertumbuhan udang cepat, ketersediaan pakan yang mencukupi dan lingkungan tambak yang bersih harus diperhatikan dengan baik.