Ini Penyebabnya Gula Tak Baik untuk Kesehatan Mental

Pertanianku – Makanan manis seperti kue dan cokelat memang sangat nikmat. Bahkan, mengonsumsi cokelat sangat dianjurkan untuk mengubah mood. Pasalnya, terdapat pernyataan bahwa cokelat dapat mengubah mood buruk menjadi lebih baik. Sensasi rasa manis yang diciptakan seolah membuat seseorang lupa akan masalahnya.

Foto: pixabay

Namun, seperti yang kita ketahui, mengonsumsi gula terlalu banyak akan memperburuk kesehatan. Baru-baru ini terdapat sebuah penelitian yang mengklaim bahwa mengonsumsi gula berlebih dapat memperburuk kesehatan mental. Benarkah demikian?

Penelitian tersebut dilakukan oleh University College London (UCL) yang membandingkan laporan asupan gula oleh lebih dari 8.000 orang dalam penelitian jangka panjang di Inggris dengan suasana hati mereka.

Partisipan yang merupakan pegawai negeri, dimonitor selama 1985—1988, dan mengisi kuesioner setiap beberapa tahun. Peneliti menganalisis data studi yang mempelajari hubungan antara asupan gula dan “gangguan mental umum” (CMD) seperti rasa cemas dan depresi.

Tim UCL menemukan pria yang mengonsumsi lebih banyak makanan dan minuman manis punya kemungkinan lebih besar menderita gangguan mental setelah lima tahun.

Mereka menyimpulkan, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, bahwa asupan gula yang lebih rendah bisa dikaitkan dengan kesehatan psikologis yang lebih baik. Namun, ahli gizi Catherine Collins, juru bicara British Dietetic Association, mengatakan bahwa hasil ini “belum terbukti”.

Masalahnya, yakni jumlah konsumsi gula dilaporkan oleh partisipan dan asupan gula dari alkohol tidak dihitung. Para periset tersebut, katanya, tampaknya merancukan gula alami dari bahan makanan seperti susu, dan gula yang ditambahkan ke minuman panas atau permen.

“Mengurangi asupan gula sangat baik untuk gigi, dan mungkin juga baik untuk berat badan, tapi sebagai perlindungan terhadap depresi? Tidak terbukti,” kata Collins.

Pakar nutrisi Tom Sanders sepakat hasilnya harus ditafsirkan “dengan hati-hati”. “Dari sudut pandang ilmiah sulit untuk melihat bagaimana gula dalam makanan berbeda dari sumber karbohidrat lain pada kesehatan mental karena keduanya dipecah menjadi gula sederhana di usus sebelum diserap,” ungkapnya seperti dilansir AFP.