Pertanianku – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai strategi guna meningkatkan produksi pangan di Indonesia. Salah satu strateginya adalah pengembangan bangunan konservasi air pada sektor pertanian. Ini menjadi strategi utama Kementan untuk menyiasati ancaman gagal panen.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, pengembangan pembangunan konservasi air merupakan cara untuk mengoptimalisasi ketersediaan air. Ini karena pembangunan sarana tersebut berguna untuk menyimpan sekaligus mengatasi kelangkaan air. Upaya itu dapat meningkatkan luas tanam dan produksi pertanian.
“Beberapa jenis bangunan konservasi air yang dikembangkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian, yaitu embung, dam parit, dan long storage,” ucap Gatot sebagaimana dilansir dari Okezone (24/10).
Sekadar informasi, Ditjen PSP Kementan melalui Direktorat Irigasi Pertanian pada 2015 dan 2016 telah melaksanakan program kegiatan pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage. Pelaksanaan kegiatan tersebut seluruhnya berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pada 2015 lalu telah dikembangkan 318 unit embung, dam parit, dan long storage di 57 kabupaten dari 16 provinsi. Pada tahun berikutnya, 2016, jumlah pengembangan ketiga bangunan konservasi air tersebut bertambah menjadi 2.030 unit yang tersebar di 270 kabupaten dari 32 provinsi.
“Dengan satuan harga per unit adalah Rp100 juta dan coverage area rata-rata 25 hektare per unit. Hasil dari program ini diperkirakan minimal mampu meningkatkan Indeks Pertanaman, minimal sebesar 0,5 kali,” ungkap Gatot.
Dia mengasumsi, bila berdasar pada data Pusdatin Kementan di 2015 yang produktivitas padi nasionalnya 5,2 ton per ha, maka strategi pengembangan bangunan konservasi akan potensial meningkatkan produksi di 2015 minimal sebanyak 20.670 ton dan di 2016 minimal sebesar 131.950 ton.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan bangunan konservasi air sendiri dilakukan secara padat karya oleh Kelompok Tani. Salah satunya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Jaya 4 di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo. Dengan mengembangkan dam parit, mereka mampu mengalirkan air untuk areal sawah seluas 35 hektare.
“Saat ini telah dimanfaatkan petani untuk irigasi sawah, sehingga biasanya setahun dua kali tanam tapi berkat adanya dam parit ini, pada September 2016 atau pada musim kemarau kedua, kita malah akan melakukan tanam untuk yang ketiga kalinya,” kata Ketua Kelompok Tani Jaya 4, Suryanto.