Pertanianku – Usaha pembesaran ALPU semakin menarik bagi konsumen. Hal ini disebabkan usaha tersebut memiliki ciri yang berbeda dengan usaha ayam ras pedaging (broiler). Berikut ciri khasnya.
1) Investasi tergolong lebih murah. Dibandingkan usaha peternakan ayam ras pedaging, usaha pembesaran ALPU tergolong murah. Penyebabnya adalah peternak dapat menekan biaya produksi, baik kandang, peralatan kandang, dan pakan.
2) Manajemen pemeliharaan lebih mudah dilakukan. Hal ini karena persyaratan pemeliharaan tidak begitu ketat dibandingkan usaha ayam ras pedaging. Sebagai ayam kampung, ALPU memiliki toleransi terhadap kondisi lingkungan yang lebih baik dan immunitas yang lebih tinggi dibandingkan ayam ras pedaging. Namun demikian, prinsip dasar manajemen pemeliharaan ayam tetap harus dilaksanakan untuk menjamin keberhasilan usaha.
3) Persyaratan skala usaha memungkinkan dikelola peternak kecil. Berdasarkan perhitungan analisis usaha, pembesaran ALPU dapat memberikan keuntungan yang sangat layak, terutama saat periode pemeliharaan kedua dengan skala 500 ekor. Hal tersebut disebabkan biaya investasi dikembalikan melalui hasil produksi pembesaran periode awal.
4) Tersedia konsumen yang spesifik. Konsumen ayam ras pedaging sangat besar. Namun, konsumen ALPU juga tetap tersedia karena daging ayam kampung tidak tergantikan dengan tersedianya daging ayam ras. Seluruh masyarakat Indonesia masih sangat menyenangi daging ayam kampung. Fungsi komoditas daging ayam kampung sangat besar dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan daging ALPU terjamin kesinambungannya dan nilai jualnya terus membaik. Berbeda dengan ayam broiler, fluktuasi harga jual karkas yang ekstrim jarang terjadi.
Perhitungan analisis usaha ini berdasarkan harga/nilai yang berlaku di wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara dengan acuan harga pasar lokal tahun 2010. Nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan tempatpemasaran. Asumsi harga jual ALPU dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai jualkomoditas tersebut akan terus meningkat tajam sejalan meningkatnya pertambahan berat badan. Adapun asumsi lainnya adalah sebagai berikut.
1) Usaha dilakukan selama 6 minggu. Dalam satu tahun, dilakukan satu siklus periode awal dan empat siklus periode pengembangan usaha pembesaran.
2) Masa istirahat kandang antar-siklus selama 1 minggu. Setelah 3 siklus pemeliharaan, kandang diistirahatkan selama 2 minggu.
3) Pembelian DOC sebanyak 500 ekor dengan harga Rp4.000,00/ekor.
4) Selama pemeliharaan, jumlah ayam yang mati hanya 10 ekor. Oleh karena itu, jumlah ayam yang dapat dijual sebanyak 490 ekor dengan harga jual Rp27.000,00/ekor.
Sumber: Buku Ayam Kampung Pedaging Unggul