Pertanianku – Para peternak biasanya menggunakan pakan buatan pabrik atau pelet sebagai pakan utama. Ukuran pelet yang digunakan harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan bukaan mulut ikan. Pada umumnya, ukuran pelet yang dijual berdiameter 1—4 mm. Beberapa jenis pelet yang ada dibagi berdasarkan kelompok umur dan ukuran.
a. Pelet untuk larva
Pakan buatan untuk larva bisa berupa pelet tepung. Pelet ini mengandung kadar protein tinggi (>40%) sehingga bisa menyebabkan air rusak jika tersisa di dalam kolam. Sebenarnya, pemberian pelet pada larva kurang baik karena ukuran larva masih belum bisa mencerna pakan dengan baik. Pakan utama untuk larva lele adalah cacing sutera atau kutu air. Memasuki umur 10 hari, larva bisa mulai diberi pakan/pelet tepung. Jadi, pemberian pelet tepung di awal hanya jika kondisinya tidak memungkinkan, misalnya cacing sutera sulit didapat. Selain itu, pembudidaya diharuskan mengecek kualitas air sesering mungkin.
b. Pelet untuk benih
Pelet untuk benih dapat diberikan mulai dari yang halus (bukan tepung) hingga butiran sedang. Jenis pelet yang bisa diberikan pada benih sudah banyak beredar di pasaran. Mulai dari yang ukurannya 0,8 mm sampai 2 mm. Pelet lebih banyak digunakan karena pertumbuhan benih lebih cepat dan aman. Begitu pula dengan kandungan gizinya sudah dibuat untuk mencukupi kebutuhan lele.
c. Pelet untuk pembesaran
Jenis pelet yang banyak digunakan peternak pembesaran pelet jenis terapung dengan diameter antara 2—4 mm. Selain itu, ada pula beberapa jenis pelet lain di pasaran dengan harga lebih murah yang biasanya bersifat tenggelam. Namun, kadar gizinya lebih rendah sehingga kurang baik. Penggunaan pelet lebih banyak dipilih oleh para pembudidaya karena kandungan proteinnya sudah pasti dan lebih aman untuk dikonsumsi lele. Selain itu, pelet mudah didapat karena sudah banyak dijual di berbagai poultry shop atau toko saprokan.
Sumber: Buku Kupas Tuntas Budidaya dan Bisnis Lele