Pertanianku — Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), Dr. Prayudi Syamsuri, mengatakan, saat ini sudah banyak petani yang menjalankan budidaya bawang putih. Pasalnya, komoditas ini tergolong mudah dan sangat menguntungkan. Namun, budidaya bawang putih memiliki tantangan tersendiri, yaitu pada saat penanganan pascapanen, apalagi di musim hujan.

Prayudi menjelaskan, kegagalan penanganan pascapanen dapat menyebabkan penurunan bobot ataupun kerusakan pada umbi karena menyebabkan busuk, berjamur, dan tumbuh.
“Karena berbagai masalah tersebut akibatnya pada saat panen raya, harga jual bawang menjadi rendah dan tidak sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan saat produksi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya perbaikan pascapanen pada bawang putih yang lebih tepat dan efisien sehingga dapat memperpanjang umur simpan bawang putih,” terang Prayudi seperti dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id.
Proses penanganan pascapanen di tengah musim hujan bisa mengandalkan teknologi instore dryer. Teknologi ini merupakan bangunan dengan sirkulasi udara yang baik serta dilengkapi dengan pemanas untuk memudahkan proses pengeringan. Rangka bangunan terbuat dari baja ringan, lantai rabat beton, dinding dari polikarbonat, atap bangunan dari spandek transparan, dan rak penyimpanan dari kayu.
Peneliti BB Pascapanen, Tatang Hidayat, menjelaskan, penyimpanan dengan suhu dan kelembapan yang sesuai dapat menjaga kualitas hasil panen.
“Penyimpanan dalam suhu dan kelembapan yang sesuai mampu mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan hasil pertanian, karena dapat dapat menurunkan proses respirasi, memperkecil transpirasi, dan menghambat perkembangan mikrobia,” papar Tatang.
Instore dryer memiliki berbagai keunggulan yang dapat menguntungkan petani. Salah satu keunggulannya adalah mempercepat proses pelayuan dan pengeringan bawang putih. Biasanya, proses pengeringan membutuhkan waktu 10–15 hari pada musim hujan, kini proses pengeringan menjadi 2–3 hari saja. Teknologi ini juga dapat meminimalisir tingkat kerusakan umbi menjadi di bawah 0,1 persen.
“Tidak hanya sampai di situ, teknologi ini juga dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan benih bawang putih dan mempercepat pematahan dormansi bawang putih dari 5 hingga 6 bulan menjadi 3 bulan saja dengan daya tumbuh benih di atas 95 persen. Selain itu, teknologi ini tidak bergantung dengan cuaca dan akan menghemat sampai 75 persen untuk kebutuhan lantai penjemuran. Melalui teknologi ini tentunya juga akan menghemat biaya operasional menjadi lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya,” jelas Tatang.