JAAN: Perdagangan Satwa Liar Harus Dihentikan dari Akarnya

Pertanianku Perdagangan satwa liar semakin marak dan parahnya. Saat ini kegiatan ilegal itu banyak yang dilakukan secara online. Maka, dipandang perlu untuk membentuk sebuah tim investigasi untuk menangani permasalahan tersebut.

perdagangan satwa liar
Foto: Pertanianku

Pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Femke Den Haas mengatakan, JAAN yang selama ini bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan untuk merawat satwa liar hasil sitaan dari para penyelundup. Ia mengaku, selama ini JAAN menerima satwa sitaan dari pusat penangkaran satwa.

Hal ini menurutnya menjadi masalah besar di mana satwa-satwa tersebut menumpuk di penangkaran dan proses pengembaliannya ke alam pun sangat panjang.

“Kalau kita bisa menghentikan perdagangan satwa dari akarnya maka akan sangat efektif. Dari situlah mulai muncul ide untuk membentuk unit K9 yang sudah dibuktikan keefektifannya di Belanda, di mana anjing digunakan untuk deteksi satwa liar yang diperdagangkan,” jelas Femke saat acara konferensi pers di Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Rabu (28/2).

Unit Perlindungan Satwa K9 adalah sebuah tim khusus yang memanfaatkan anjing untuk mendeteksi penjualan satwa liar di Indonesia. Tim pendeteksi ini nantinya akan dipimpin oleh anjing Cocker Spaniel bernama Bailey.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Pusat Karantina Kementerian Pertanian, drh. Mulyanto mengungkapkan bahwa dengan terbentuknya tim khusus ini diharapkan akar permasalahan perdagangan satwa liar bisa terungkap.

“Terus terang saja kami agak kesulitan dalam menanggulangi penyelundupan satwa liar ini,” ujarnya.

JAAN mengungkap, sumber perdagangan ini terletak di Sumatera. Bakauheni adalah wilayah pertemuan antara Sumatera dan Jawa, di mana kapal beroperasi di antara kedua pulau tersebut. Wilayah ini menjadi penghubung penjualan satwa liar.

Dalam masalah ini, tak hanya satwa liar yang diselundupkan melalui rute tersebut, tetapi juga bayi beruang, bayi orangutan, bayi owa, kukang, reptil, burung, dan banyak spesies satwa liar lainnya.

“Untuk menghentikan perdagangan satwa liar ini, kita harus selalu menempatkan diri di Sumatera di area pelabuhan. Membantu pihak berwenang seperti karantina hewan untuk melakukan penyitaan dan merelokasi satwa liar,” tutur Femke.