Jalankan Bisnis Kopi Pria Ini Raup Omzet Rp190 Juta

Pertanianku – Pria yang satu ini sukses dan berhasil menjalankan bisnis coffee shop berkat kecintaannya pada kopi. Ridwan Sujatmiko bersama dua temannya, yakni Heru dan Hikmat pada 2015 lalu mengembangkan usaha yang masih terbilang baru ini.

Foto: pixabay

Padahal, awalnya mereka hanya menggelontorkan dana sekitar Rp9 juta sebagai modal awal membangun usahanya. Kini, omset Cenghar Coffe yang bertempat di Jalan Ciawitali, Kota Cimahi, mencapai kurang lebih sekitar Rp190 juta.

Ridwan Sujatmiko mengungkapkan berawal dari rasa keprihatinan terhadap kondisi perkopian di Indonesia yang peringkatnya menurun di dunia. Ia bersama rekan-rekannya yang lain mulai membangun bisnis kopi. Salah satu tujuan berdirinya usaha tersebut juga ingin meningkatkan kesejahteraan di kalangan petani.

“Kenapa yang dipilih kopi, kita merasa sedih karena kita (Indonesia) awalnya penghasil kopi kedua terbesar sedunia. Saat ini menurun menjadi keempat. Sedihnya setelah Vietnam yang notabene wilayah hutannya lebih luas Indonesia,” ungkapnya belum lama ini.

Sejak itu, ia mulai mendatangi para petani kopi untuk mengetahui kondisi dan kualitas kopi. Sebab sebelumnya, rata-rata kopi di coffee shop kebanyakan berasal dari luar negeri. Sementara itu, yang berasal dari Indonesia sendiri sangat sedikit. Saat berada di lapangan, para petani justru mengeluhkan harga yang rendah saat dijual kepada pengepul.

Melihat kondisi tersebut, ia mulai mengumpulkan kopi-kopi dari petani di Jawa Barat yang berasal dari wilayah Pangalengan, Gunung Halu, Rongga, Manglayang, dan Cipada dengan syarat kualitas kopi harus terjaga dan harga yang tidak rendah.

“Awalnya mulai dari gerobak meningkat ke pujasera atau food court. Dari situ ketemu Pak Hadi Daryono, beliau mampir ke booth di pujasera dan tertarik dengan kopi yang berasal dari Jawa Barat semua,” jelas Ridwan.

Kemudian, ia mengajak kerja sama dan mendorong agar Cenghar Coffee pindah lokasi ke rumahnya di Ciawitali, Kota Cimahi. Hingga akhirnya saat ini, ia mengaku, menempati rumah milik Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Hadi Daryanto untuk berusaha kopi.

“Alhamdulillah kita dimasukan ke Pesona Mart. Apa yang dijual Cenghar Coffee itu langsung dari petani tidak dari pengepul. Ke petani membayar harga tinggi dan kita ke konsumen kita jual dengan harga terjangkau dengan kualitas yang terjaga,” paparnya.

Ridwan mengatakan sebelum bekerja sama dengan Cenghar Coffee para petani menjual kopi ke bandar masih berbentuk ceri yang membuat harga menjadi murah. Padahal, jika dijual dalam bentuk green bean, harga kopi akan lebih mahal. Saat para petani mulai bekerja sama dengan dirinya, ia mengaku memberikan pendampingan juga.

“Harga kopi kondisi ceri Rp 6.000 per kg, sementara kalau green bean siap sangrai itu Rp130 ribu per kg. Dengan itu, petani sangat senang karena penghasilannya berlipat ganda,” katanya.

Menurutnya, jika dulu dalam setahun untuk satu hektare petani hanya bisa memperoleh Rp6—Rp8 juta. Kini naik drastis mencapai Rp60—Rp70 juta. Pihaknya membeli kopi dari petani dengan tetap memperhatikan kualitas. Tiap bulannya, Cenghar Coffee menyerap 2 kuintal kopi dari petani.

Karena memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan menjual kopi dengan harga terjangkau, harga kopi yang dijualnya hanya Rp12.000—Rp15.000 per cangkirnya.

“Saya harap dengan ada Cenghar muncul Cenghar-Cenghar (coffee shop) lainnya,” paparnya.