Pertanianku — Pernahkah Anda mengonsumsi jamur chanterelle? Jamur ini juga biasa dikenal sebagai chanterella emas. Apalagi, kalau bukan warnanya yang berwarna jingga hingga kuning. Di Eropa, jamur yang satu ini digunakan sebagai salah satu bahan makanan.

Jamur ini memiliki nama ilmiah Chantharellus cibarus. Jamur chanterelle masuk dalam famili Chantharellaceae. Ciri morfologinya bisa dikenali dari himenium berabungan, bentuk tudung yang mencorong, dan tangkai yang gendut. Jejak sporanya berwarna kuning hingga krem.
Jamur chanterelle memiliki testur yang kenyal. Bentuknya mirip seperti corong. Di bawah bagian topi jamur, akan terlihat lipatan-lipatan yang bergelombang. Jamur ini juga memiliki bau fruity yang mirip dengan buah aprikot.
Saat dikonsumsi, jamur ini akan memberikan rasa yang sedikit pedas. Jamur berwarna kuning ini memiliki kandungan zat gizi yang tinggi, terutama vitamin D, zat besi, vitamin B5, dan vitamin B3.
Bentuknya yang seperti terompet membuatnya mudah dikenali. Di Eropa, jamur ini digunakan pada pembuatan beberapa jenis masakan, salah satunya adalah saus krim putih. Penambahan jamur chanterelle diberikan saat proses masak bagian akhir.
Persebaran jamur chanterelle sangat umum di Eurasia, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Afrika. Jamur ini tumbuh di hutan pinus berlumut. Akan tetapi, jamur khas ini juga bisa ditemukan di hutan yang dipenuhi pohon birch di pegunungan.
Di Eropa tengah, jamur chanterelle emas ditemukan di hutan yang banyak ditumbuhi pohon beech. Jika Anda mencari jamur ini di wilayah Inggris, Anda bisa menemukannya tumbuh pada Juli hingga Desember.
Tidak semua jamur chanterelle yang ditemukan adalah asli. Ada pula jenis jamur yang menyerupai jamur unik ini, yaitu berasal dari spesies Hygrophoropsis aurantiaca. Penampakannya yang mirip seringkali membingungkan.
Jamur ini bisa dibedakan dari warnanya. Jamur chanterelle yang asli memiliki warna yang seragam seperti kuning telur. Sementara, jamur yang mirip ini memiliki warna gradasi oranye, dari warna yang lebih cerah ke warna yang lebih gelap di bagian dalamnya.
Pada abad ke-16, jamur ini pertama kali dikonsumsi dan digunakan sebagai penguat masakan. Sementara, di abad ke-18, masakan-masakan Prancis semakin banyak menggunakan jamur chanterelle, khususnya untuk makanan kerajaan.
Dalam keadaan kering, jamur chanterelle bisa lebih tahan lama dan memiliki aroma yang lebih kuat. Jamur kering ini juga bisa ditambahkan pada tepung dan digunakan sebagai bumbu pada beragam sup dan saus. Jika dibekukan, jamur ini memiliki rasa pahit ketika dicairkan kembali.