Jangan Dibuang! Tinta Cumi-Cumi Mengandung Nutrisi yang Baik Bagi Tubuh

Pertanianku— Salah satu bagian dari cumi-cumi yang selalu menarik perhatian adalah tintanya. Tinta cumi-cumi yang berwarna hitam terkadang membuat sebagian orang sungkan untuk memakannya, tetapi ada juga yang mengolah makanan dari tinta tersebut.

tinta cumi-cumi
foto: Photo by John Cameron on Unsplash

Di alam bebas, tinta tersebut digunakan oleh cumi-cumi ketika sedang merasa terancam. Kantung tinta akan kontraksi dan akhirnya menyemburkan awan hitam yang dapat membantu cumi melarikan diri dari musuh.

Tinta tersebut bersifat alkaloid sehingga tidak disukai oleh predator, terutama ikan predator. Sementara itu, di tubuh manusia, alkaloid bisa bermanfaat untuk pengobatan, seperti menjadi anti-inflamasi, antihipertensi, antidiare, antidiabetes, antimikroba, dan antimalaria. Namun, tidak semua alkaloid aman dikonsumsi oleh manusia.

Tinta tersebut juga mengandung butir-butir melanin atau pigmen hitam. Melanin alami yang terkandung adalah melanoprotein yang mengandung protein sebesar 10—15 persen sehingga tinta cumi bisa menjadi sumber protein yang baik seperti protein daging hewan. Kandungan protein di dalam tinta cumi-cumi sekitar 10,88 persen.

Melanin di dalam tinta cumi memiliki aktivitas antitumor yang dapat memperlambat aktivitas plasmin untuk meningkatan thromboxan serta sistem imunitas tubuh.

Tinta cumi mengandung zat yang dapat berfungi sebagai obat pelindung sel pada pengobatan kanker dengan cara kemoterapi.

Namun, sayangnya, masih banyak orang Indonesia yang merasa sungkan mengonsumsi tinta tersebut sehingga banyak yang membuangnya. Warna hitam yang disebabkan oleh tinta cumi-cumi pada makanan membuat sebagian orang merasa aneh. Di Jepang, tinta cumi sering digunakan sebagai penambah rasa pada masakan.

Meskipun kandungan di dalam tinta cumi-cumi sangat baik bagi tubuh, Anda tidak boleh mengonsumsinya dalam jumlah berlebih. Pasalnya, tinta mengandung kolesterol yang cukup tinggi, yaitu sekitar 159 mg/100 gram. Kandungan kolesterol tersebut hampir setara dengan kolesterol di dalam udang, yaitu sebesar 161 mg/100 gram dan lebih tinggi dibandingkan kolesterol ayam broiler yang sebesar 110 mg/100 gram.

Penumpukan kolesterol di dalam tubuh bisa memicu berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah jantung koroner dan tubuh akan terasa kesemutan serta pegal-pegal yang sangat menyiksa.