Pertanianku — Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal tempe terbuat dari kedelai. Kacanng kedelai berbentuk bulat lonjong, tetapi ada juga yang bundar atau bulat pipih. Di Indonesia terdapat tiga kategori kedelai, yakni kedelai kecil, sedang, dan besar. Namun, tahukah Anda, kedelai tidak hanya terbuat dari biji kedelai.
Tempe juga bisa dibuat dari jenis biji-bijian lain seperti biji kara benguk, biji lamtoro, kecipir, kacang hijau, buncis, kacang tunggak, dan turi. Akan tetapi, tempe yang terbuat dari kedelai yang paling banyak dijual di pasaran. Tempe yang terbuat dari biji selain kedelai jarang dijual karena produksinya tidak banyak dan biasanya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau pribadi.
Berikut ini ulasan lebih detail mengenai jenis biji-bijian selain kedelai yang dapat diolah menjadi tempe.
Biji kara benguk
Biji kara benguk berasal dari polong kelompok legume yang tumbuh menjalar. Namun, biji kara benguk mengandung racun yang disebut asam biru. Oleh karena itu, kara benguk perlu diproses lebih khusus untuk menghilangkan kandungan racun tersebut sehingga lebih aman dikonsumsi. Biji kara benguk yang digunakan biasanya biji yang berukuran besar dan terlihat gemuk.
Biji lamtoro
Biji lamtoro yang digunakan sebagai bahan baku tempe adalah biji yang sudah tua. Biji lamtoro agak sulit diolah karena kulit bijinya yang tebal dan keras, serta keping bijinya terlalu tipis. Oleh karena itu, tempe berbahan biji lamtoro jarang ditemui.
Biji kecipir
Selama ini kecipir terkenal sebagai sayuran, biji kecipir juga bisa Anda manfaatkan sebagai bahan baku membuat tempe. Namun, biji kecipir tergolong sulit diolah karena kulitnya yang keras. Waktu pengolahan biji kecipir tergolong lebih lama dalam proses perebusan. Namun, bila biji kecipir direndam ke dalam air selama semalam, waktu perebusan bisa berkurang dari 2–3 jam menjadi 30 menit.
Kelemahan lain dari biji kecipir adalah bau langu yang dihasilkan. Oleh karena itu, tempe biji kecipir cenderung hanya untuk keperluan pribadi, belum pernah disebarluaskan.
