Pertanianku — Dulu, suplai kroto hampir seluruhnya diperoleh dari hasil berburu di alam. Akibatnya, ketersediaan kroto di pasaran terbatas dan harganya menjadi sangat fluktuatif. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini muncul beberapa teknik budidaya kroto yang bisa Anda gunakan.

Setiap teknik memilki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Anda dapat memilih teknik yang dirasa paling sesuai dengan kondisi lingkungan dan anggaran yang tersedia. Anda tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan metode tertentu jika kondisinya tidak memungkinkan. Berikut ini beberapa teknik budidaya kroto yang bisa langsung Anda aplikasikan.
- Cara tradisional
Pada teknik ini, hampir tidak ada campur tangan manusia secara langsung. Semut dibiarkan berkembang biak sendiri dan manusia hanya mengambil hasilnya. Misalnya, kegiatan yang dilakukan oleh para pemetik kroto. Mereka hanya perlu menyediakan bambu panjang dan alat penjaring, kemudian mencari pohon yang ada sarang semutnya lalu mengumpulkan kroto yang ada.
Kelebihan budidaya kroto dengan cara ini, yaitu Anda tidak perlu waktu, biaya, dan energi khusus untuk mengurus semut rangrang. Selain itu, Anda juga tidak perlu memberinya makan dan kandang pun sudah tersedia di alam. Akan tetapi, kelemahannya adalah hasil tak dapat diprediksi, sangat terpengaruh oleh cuaca, serta sangat memengaruhi pengurangan populasi semut rangrang di alam.
- Cara semimodern
Cara ini biasanya digunakan oleh para pekebun yang memanfaatkan semut untuk menjaga pohonnya agar tidak diserang hama tanaman. Meski begitu, pekebun juga memberi makan semut dari sisa-sisa bahan makanan.
Kelebihan budidaya kroto dengan cara ini, yaitu tempat sudah tersedia di alam, kemudian mengurusnya pun bisa hanya sebagai pekerjaan sambilan. Namun, kelemahan dari cara ini adalah hasilnya masih terpengaruh oleh cuara dan semut sulit untuk berkembang biak.
- Cara modern
Budidaya kroto dengan cara ini tidak memerlukan pohon lagi sebagai tempat berkembang biak kroto. Ada beberapa wadah yang bisa Anda gunakan dalam metode ini seperti bambu, stoples, dan paralon (PVC). Hasil yang diperoleh dari budidaya dengan cara modern tentu lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan cara lainnya. Kegiatan panen bahkan bisa dilakukan setelah dua minggu atau satu bulan masa budidaya.