Pertanianku — Mungkin masih asing bagi beberapa orang, kodok merupakan hewan yang bernilai ekonomi. Nyatanya, saat ini kodok sudah mulai dibudidayakan karena permintaannya terbilang menjanjikan. Ada beberapa jenis kodok lokal Indonesia yang bernilai ekonomi sehingga bisa mendatangkan keuntungan, simak ulasannya berikut ini.

Kodok sawah
Kodok sawah (Rana cancrivora) sering dijumpai di sawah dan memiliki bercak cokelat tua pada bagian punggungnya. Jenis kodok lokal ini hanya mampu tumbuh hingga 10 cm. Apabila kodok sedang dalam posisi jongkok, kodok akan terlihat mirip dengan tanah. Meski demikian, daging kodok sawah berwarna putih.
Daging kodok sawah diminati di pasar ekspor, bahkan hampir 100 persen permintaan daging paha kodok dipenuhi oleh kodok sawah dan kodok rawa.
Kodok rawa
Kodok rawa (Rana limnocharis) memiliki ukuran maksimal yang lebih kecil dari kodok sawah, yakni 8 cm. Sesuai dengan namanya, kodok yang kerap disebut kodok totol banyak ditemukan di rawa. Sementara itu, nama totol karena badannya yang didominasi oleh totol-totol berwarna cokelat gelap dengan warna dasar kulit cokelat muda. Daging kodok rawa terkenal paling lezat.
Kodok hijau
Tubuh kodok hijau (Rana macrodon) berwarna hijau dengan hiasan totol-totol berwarna cokelat kehijauan. Dalam keadaan jongkok, bagian badan depan kodok akan terlihat lebih tinggi dibanding bagian belakang. Paha kodok hijau lebih panjang dan panjang tubuhnya bisa mencapai 15 cm. Daging kodok hijau berwarna putih kekuningan. Habitat alami kodok hijau adalah persawahan dan sungai.
Kodok batu
Kodok batu (Rana musholini) hanya dapat ditemui di daerah Sumatera Barat, khususnya di Payakumbuh. Kodok batu hidup di daerah dengan ketinggian 500 m dpl dan biasanya berada di antara bebatuan. Panjang kodok batu dapat mencapai 22 cm dengan bobot sekitar 1,5 kg.
Kodok batu betina berbobot lebih besar dibanding jantan. Kulitnya halus, kulit bagian punggung dan kepala berwarna cokelat kelabu muda, kelabu hitam, hingga hitam dengan bercak hitam.
Kodok batu dapat melompat hingga sejauh 8 m. Kodok yang berada di Payakumbuh ini tidak hanya diburu karena dagingnya, tetapi juga sering dijadikan sebagai cinderamata dan kulitnya sering diolah menjadi kerupuk kulit.