Pertanianku — Media pembenihan belut merupakan komponen utama yang harus diperhatikan oleh pembudidaya. Sebab, media pembibitan merupakan sarana atau tempat belut akan hidup, tumbuh, dan berkembang biak dengan baik. Sekitar 50 persen faktor keberhasilan budidaya belut berasal dari media yang dipilih.
Keberhasilan media yang digunakan akan menentukan pula keberhasilan hidup induk, calon anakan, penetasan telur, dan keberlangsungan hidup anak-anak belut. Media pembenihan belut yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat antara lain subur, gembur, tidak beracun, tidak mengandung benda-benda kasar dan tajam, dan mengandung nutrisi.
Air
Air memang tidak akan bisa dipisahkan dari belut karena belut merupakan ikan air tawar yang sensitif. Dengan demikian, air yang digunakan harus memiliki banyak oksigen, kandungan pH sebesar 5—7, suhu antara 25—28°C, bening, tidak beracun, dan tentunya bersih.
Lumpur
Lumpur merupakan media utama untuk belut selain air. Lumpur terdiri atas campuran yang homogen antara tanah, air, dan material lainnya. Kriteria lumpur yang baik untuk dijadikan media belut tumbuh adalah lumpur yang liat, gembur, dan banyak mengandung nutrisi.
Lumpur yang baik untuk belut adalah lumpur sawah. Namun jika sulit untuk mencari, lumpur dapat dibuat sendiri.
Jerami
Jerami merupakan bagian dari batang padi yang telah diambil padinya. Biasanya jerami dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pembuatan kompos. Namun, jerami juga dapat berfungsi untuk membuat tanah lumpur menjadi lebih subur, gembur, dan mengandung banyak nutrisi. Jerami yang digunakan dapat berupa jerami yang sudah diubah menadi kompos.
Bekatul
Bekatul merupakan serbuk dari kulit ari beras yang didapatkan dari hasil penggilingan padi. Bekatul sangat baik digunakan sebagai campuran media untuk belut hidup karena bekatul mengandung vitamin B. Cara membuat media budidaya belut dengan bekatul adalah mencampurkan bekatul dengan jerami atau pupuk kandang pada saat proses fermentasi.
Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan limbah atau kotoran dari binatang ternak seperti sapi, kambing, domba , kelinci, dan hewan ternak lainnya yang telah mengalami pembusukan. Kotoran ternak yang masih mengalami proses pembusukan belum bisa dijadikan sebagai media budidaya karena berbahaya.
Ciri-ciri kotoran ternak yang sudah dapat dijadikan sebagai pupuk adalah memiliki warna kehitam-hitaman atau menyerupai tanah, tidak berbau, dan telah selesai dari proses pembusukan.