Jepang Jajaki Investasi Pisang dan Singkong Indonesia

Pertanianku — Kualitas komoditas hortikultura Indonesia tak kalah dengan negara lain. Banyak produk hortikultura ini telah diekspor ke berbagai negara. Baru-baru ini, Jepang jajaki investasi pisang dan singkong Indonesia. Hal ini terlihat dari kunjungan Kato Yosuke, Manajemen Joint Company Researh Institute.

investasi pisang dan singkong
foto: pixabay

“Kedatangan Kato bermaksud untuk memperoleh informasi investasi di Indonesia, khususnya pada bidang hortikultura. Kato memerlukan lahan untuk membudidayakan tanaman pisang kepok dan juga mendirikan pabrik pengolahan tepung pisang dengan kapasitas produksi 10 ton/bulan,” ujar Sri Nuryanti Atase Pertanian Indonesia seperti dikutip dari laman Kementan, Jumat (22/2).

Untuk memenuhi kebutuhan pabrik tepung pisang itu, memerlukan setidaknya 50—60 ton per bulan pisang segar. Nantinya, tepung pisang ini akan diekspor ke Jepang.

“Izin ekspor tepung pisang asal Indonesia ke Jepang sudah kami peroleh sehingga rencana investasi ini akan memperluas akses pasar produk tepung pisang asal Indonesia ke Jepang,” katanya.

Selain akan berinvestasi untuk agribisnis pisang kepok, Kato juga mencari sumber produksi tepung tapioka dari Indonesia. Tepung tapioka ini akan digunakan sebagai bahan baku minuman bernilai tinggi di Jepang. Lebih jauh, Kato juga menanyakan perihal perizinan dan mekanisme kepemilikan lahan bagi investor asing di Indonesia.

“Semua pertanyaan itu dijelaskan oleh Attani (Atase Pertanian) bahwa untuk penanaman modal asing di subsektor hortikultura maksimal 30 persen dari total nilai investasi. Untuk itu, Kato harus mempunyai partner usaha di Indonesia,” jelas Nuryanti.

Berdasarkan laporan Attani, kebutuhan data dan informasi yang diperlukan bagi Kato terkait rencana investasi tersebut adalah kriteria lahan. Hal ini mengingat ekspor produk tepung pisang ke Jepang harus punya akses yang baik ke pelabuhan ekspor, baik udara maupun perairan.

“Oleh karena itu, kami meminta data dukung yang lengkap dari pihak Kato untuk disampaikan kepada Kementerian Pertanian guna menjembatani rencana investasi tersebut,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, dalam penjelasannya Kato menyebut alasan Joint Company Research Institute berinvestasi adalah karena perusahaan agribisnis ini sangat berpengalaman dalam memasarkan dan mendistribusikan tepung pisang organik 100 persen yang bebas gluten dengan brand Bana Slim.

“Dengan berinvestasi di Indonesia, kita berharap ke depan dapat memenuhi permintaan impor tepung pisang dengan produk yang memenuhi standar kualitas dan peraturan pelabelan di Jepang,” tutup Nuryanti.