Pertanianku — Penetasan telur lele membutuhkan penanganan khusus agar tingkat keberhasilannya tinggi. Pasalnya, penanganan yang salah dapat menyebabkan daya tetas telur menjadi rendah sehingga benih lele yang didapatkan pun sedikit. Berikut ini beberapa jurus jitu memperlancar proses penetasan telur lele.

Waktu yang tepat untuk mengangkat telur dari kolam
Setelah ikan lele memijah secara alami atau buatan, telur-telur di dalam kolam harus diangkat pada waktu yang tepat dan cepat. Tepat di sini dimaksudkan bahwa saat induk selesai memijah sekitar pukul 04:00 pagi, kakaban harus segera diangkat 1—2 jam kemudian, yaitu pada pukul 05:00—07:00.
Telur-telur tersebut harus segera diangkat agar induk tidak memakan telur yang sudah dikeluarkan. Pasalnya setelah memijah, induk biasanya akan merasa lapar dan memakan apa saja yang berada di hadapannya.
Selain itu, cepat di sini perlu dilakukan untuk memindahkan kakaban yang sudah ditempeli telur. Kakaban tersebut harus segera dipindahkan ke kolam penetasan untuk menghindari risiko telur gagal menetas karena terlalu lama berada di luar air. Sementara itu, untuk pemijahan buatan, telur yang sudah tercampur sperma harus langsung dimasukkan ke wadah yang sudah diberi aerasi dan kakaban.
Proses penetasan telur ikan lele
Setelah dipindahkan, telur dibiarkan dalam kurun waktu 24—36 jam hingga menetas. Lama waktu menetas dipengaruhi oleh kondisi suhu lingkungan. Suhu yang baik untuk penetasan telur ikan lele sekitar 26—28°C. Ketika kondisi cuaca sedang ekstrem seperti hujan, jumlah telur yang menetas akan sedikit, bahkan bisa sama sekali tidak ada yang menetas karena telur ditumbuhi jamur.
Ketinggian air kolam
Ketinggian air kolam penetasan dan pemeliharaan larva sekitar 10—30 cm. Pada dasarnya ketinggian kolam sangat bergantung pada lokasi budidaya, misalnya di tempat yang bersuhu dingin ketinggian air cukup 10—15 cm, sedangkan di daerah panas ketinggian air yang diperlukan sekitar 20—30 cm.
Lokasi kolam penetasan
Kolam penetasan yang berada di luar ruangan harus ditutup dengan paranet atau pagar bambu. Paranet tersebut berfungsi untuk melindungi kolam dari daun-daun atau sampah dan predator larva atau benih, seperti musang air, kadal, katak, dan ular. Jika lokasi usaha memang bebas dari semua hal tersebut, penutup tidak perlu dipasang.