Kacang Sayur, Tanaman Kaya Protein dan Serat

Pertanianku – Protein merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Di samping sebagai salah satu sumber gizi, pada prinsipnya protein berperan dalam menunjang keberadaan setiap sel tubuh dan berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Umumnya, orang lebih suka memilih sumber protein hewani (daging merah, ayam, atau ikan) untuk memenuhi kebutuhan protein. Padahal, masih banyak alternatif sumber protein yang bisa didapatkan dari makanan nabati. Selain bergizi, protein nabati lebih aman dan sehat dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati juga cocok bagi para vegetarian atau orang yang sedang menjalani program diet.

Kacang Sayur

Bila ingin mengonsumsi sumber protein nabati, kacang sayur bisa menjadi alternatifnya. Berbagai jenis kacang sayur seperti kacang panjang, buncis, dan kacang polong terbukti memiliki kandungan serat dan protein yang tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya cenderung rendah kalori.

Agar lebih mengundang selera makan, biasanya jenis-jenis kacang sayur tersebut diolah menjadi berbagai masakan yang lezat dan bergizi. Kacang sayur merupakan tanaman dari jenis kacang-kacangan atau polong-polongan yang dapat digunakan sebagai sayur. Umumnya, banyak sekali tanaman kacang-kacangan yang bagian-bagiannya dapat dibuat sayur dan tentu saja enak rasanya. Jenis kacang-kacangan tersebut antara lain kacang panjang, kacang buncis, kacang jogo, kacang kapri, ercis (kacang polong), dan kacang tunggak. Selain enak disayur, beberapa jenis kacang-kacangan tersebut memiliki kandungan gizi yang tinggi. Jenis tanaman kacang sayur termasuk dalam famili Leguminoceae.

Tanaman dari famili ini biasanya dikenal sebagai tanaman penyubur tanah karena mampu memberi sumbangan unsur nitrogen ke dalam tanah. Tanaman dari famili ini juga memiliki ciri khas, yaitu buahnya berupa polong, daunnya tersusun dari tiga bangunan daun (trifoliate), dan bunganya berbentuk kupu-kupu. Famili Leguminoceae terdiri atas tiga subfamili, yaitu Papilionaceae, Mimosaceae, dan Caesalpiniaceae.

Dari ketiga subfamili tersebut, yang paling dikenal adalah subfamili Papilionaceae. Tanaman dari subfamili tersebut juga paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, khususnya untuk disayur. Maraknya promosi kacang-kacangan (termasuk kacang sayur) sebagai sumber protein dan serat berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap jenis-jenis tersebut. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa masih banyak dari permintaan kacang sayur yang belum terpenuhi. Dengan kata lain, prospek kacang sayur masih sangat cerah dan terbilang cukup menjanjikan. Apalagi, mengingat cara budi daya kacang sayur yang relatif mudah dan dapat dilakukan di pekarangan.

Mengingat permintaanya yang cenderung meningkat, tak heran bila banyak pembudidaya terus berusaha untuk meningkatkan produksi tanaman kacang sayur. Penyediaan benih merupakan salah satu perhatian utama para pembudidaya karena cenderung sangat berpengaruh terhadap budi daya kacang sayur. Oleh karena itu, diperlukan benih yang berkualitas dan unggul agar hasilnya memuaskan.

Hampir semua jenis kacang sayur awalnya ditanam dalam bentuk bibit. Bibit tersebut berupa biji yang dipilih atau diseleksi dengan baik sehingga diperoleh biji berkualitas. Umumnya, bibit dihasilkan oleh petani dari tanaman produksi yang memenuhi syarat, seperti kondisi fisiknya yang sehat dan berbuah lebat. Tanaman yang akan dibibitkan untuk menghasilkan benih dipilih yang pertumbuhannya normal, sehat, berbuah lebat, dan memiliki bentuk buah yang normal. Kemudian, tanaman yang sudah dipilih diberi tanda (label) agar tidak ikut terbawa ketika panen untuk tujuan produksi polong segar (dijual untuk konsumsi).

Buah (polong) yang telah dipilih dibiarkan kering di pohon. Setelah kering, pemanenan dilakukan, lalu dikumpulkan untuk dijemur. Kemudian, polong dikupas pelan-pelan (agar tidak retak dan terlempar jauh) sampai bijinya terlempar. Selanjutnya semua biji dikumpulkan dalam wadah dan dijemur selama beberapa hari sampai kadar airnya sekitar 8—12%. Setelah itu, biji yang telah kering dibersihkan dari kotoran atau sisa-sisa kulit polong lainnya. Biji-biji yang telah kering tersebut lalu disortir dengan memilih yang bagus, sehat, dan normal. Biji yang tampak kempis, tidak normal, keriput, dan tampak sakit dibuang. Penjemuran biji kacang polong umumnya dilakukan di bawah sinar matahari, tetapi jangan terlalu lama (suhu di atas 30o C). Jika terlalu lama dijemur, embrio akan cepat mati sehingga tidak akan tumbuh.

Dalam industri bibit, biasanya dilakukan uji kemurnian (purity) dan kesehatan (healthy). Selanjutnya biji yang telah lulus seleksi diberi label “Health Certificate” sebagai bibit unggul bermutu. Bibit yang bermutu akan menjamin keaslian varietas dan kesehatannya sehingga hasilnya akan sesuai dengan target.

Berbagai inovasi untuk meningkatkan hasil produksi juga dilakukan oleh para peneliti tanaman. Salah satu contohnya adalah penemuan varietas unggul baru tanaman buncis tegak. Lazimnya buncis tumbuh merambat sehingga diperlukan ajir untuk menegakkannya. Pengadaan ajir membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mengingat satu tanaman buncis rambat membutuhkan satu ajir. Padahal, populasi per hektarnya bisa mencapai lebih dari 30.000 tanaman. Dengan menanam buncis tegak, pembudidaya dapat menghemat biaya hingga Rp9 juta karena penanamannya tidak memerlukan ajir. Produksinya pun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan buncis rambat. Selain itu, buncis tegak juga terbukti memiliki keunggulan lainnya dibandingkan dengan buncis rambat. Sosoknya yang tegak setinggi 70 cm cenderung memudahkan dalam hal pemanenan. Jika dibandingkan dengan buncis rambat, buncis tegak juga cenderung lebih adaptif ditanam di dataran rendah.

Sementara itu, pada lahan yang belum pernah ditanami tanaman Leguminoceae, dianjurkan untuk menambahkan pupuk Rhizogen atau Legin sebanyak 2—10 kg.

 

Sumber: Buku Kacang Sayur