Pertanianku — Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah utama penghasil sidat di Indonesia. Di wilayah ini terdapat sumber daya ikan sidat yang tersebar di beberapa aliran sungai. Ketua Koperasi Mina Sidat Bersatu mengatakan, permintaan sidat biasanya mencapai 20 ton per bulan. Namun, sayangnya, pihaknya masih belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Koperasi Mina Sidat Bersatu membina Kampung Sidat Desa Kaliwungu di Kecamatan Kedungreja, Cilacap.
Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kusdiantoro, dalam kunjungannya mengatakan, Kampung Sidat Kaliwungu merupakan salah satu kawasan berpotensial untuk dijadikan tempat pembelajaran budidaya sidat.
“Kampung Sidat Kaliwungu adalah kawasan proyek percontohan yang sejalan dengan program strategis Kementerian Keluatan dan Perikanan dan juga merupakan lokasi demostrasi pertama IFish, yang merupakan kerja sama antara FAO dan KKP dengan dukungan dari Global Environment Facility (GEF),” tutur Kusdiantoro seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Dalam kunjungan tersebut turut hadir juga Kepala Pusat Riset Perikanan BRSDM Yayan Hikmayani, FAO Representative to Indonesia Rajendra Kumar, Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) Pamuji Lestari, Direktur Produksi dan Usaha Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Arik Hari Wibowo.
Kusdiantoro menjelaskan, Koperasi Mina Sidat Bersatu berhasil menjaga kualitas panen di tengah kondisi pandemi. Beberapa restoran Jepang kelas atas di Jakarta kembali memesan sidat dari koperasi ini. Bahkan, Koperasi Mina Sidat Bersatu berhasil menjual berbagai produk dari sidat, seperti sidat hidup dan olahan sidat siap saji yang sudah bersertifikat BPOM dan halal.
Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020 nilai ekspor sidat asal Indonesia mencapai USD16 juta. Untuk periode Januari–November 2021 nilai ekspor sidat mencapai USD10 juta. Negara tujuan ekspor komoditas perikanan ini adalah Cina, Jepang, dan Vietnam.
Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan di bawah komando Sakti Wahyu Trenggono terus berupaya memaksimalkan daerah potensial untuk mengembangkan perikanan budidaya. Tujuannya, untuk mendongkrak produksi sehingga dapat menimbulkan dampak bagi perekonomian masyarakat, khususnya pembudidaya. Salah satu upaya yang tengah gencar dilakukan adalah mengembangkan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal seperti Kampung Sidat Kaliwungu.
Tak hanya BRSDM, Kampung Sidat Kaliwungu ini juga mendapatkan perhatian dari DJPB untuk pendampingan budidaya, Ditjen PRL untuk pendampingan dari aspek keberlanjutan dan ketertelusuran, serta Bank Negara Indonesia dari segi pinjaman modal.
Selain itu, wakil Direktorat Pemasaran Ditjen PDSPKP menyampaikan kesiapannya dalam memberikan informasi pemasaran sidat dan memfasilitasi business matching dengan pembeli dari luar negeri.