Pertanianku – Tingkat polusi yang semakin tinggi mengakibatkan meningkatnya karbondioksida ternyata sangat berdampak buruk bagi bumi. Hal ini juga berdampak terhadap rusaknya nutrisi dari tanaman pangan. Bahkan, belakangan ini kerusakan tersebut semakin memburuk.
Oleh karena itu, peneliti mempublikasikannya dalam Enviromental Health Perspectives yang mengungkapkan bahwa kandungan protein beras, gandum, barley, dan kentang menurun antara 6 persen dan 14 persen jika ditanam dalam lingkungan dengan konsentrasi CO2 sangatlah tinggi. Hal ini tentu saja dapat memunculkan risiko kekurangan protein pada penduduk di dunia.
“Temuan ini mengejutkan,” kata Samuel Myers, peneliti studi tersebut, kepada NexusMedia. “Jika kita memikirkan ini 15 tahun yang lalu dan mencoba mengantisipasi dampak kesehatan akibat emisi CO2, kita mungkin tidak mendapati bahwa makanan kita akan menjadi kurang bergizi,” tambahnya seperti melansir nationalgeographic.
Sekitar 18 negara berisiko kehilangan lebih dari 5 persen protein pada tanaman pangan pada 2050, jika level CO2 terus meningkat.
“Itu akan menambahkan 150 juta orang lainnya bersama ratusan juta orang yang sudah menderita kekurangan protein,” ungkap Myers.
Kekurangan zat besi, yang sudah terjadi di banyak tempat di dunia, juga diprediksi akan menjadi isu yang jauh lebih besar. Menurut studi pendukung dari GeoHealth, lebih dari 1 miliar wanita pada masa subur dan 354 juta anak di bawah usia 5 tahun diperkirakan kehilangan 4 persen zat besi akibat kenaikan kadar CO2. Sebagian besar populasi yang berisiko itu tinggal di Asia Selatan dan Afrika Utara.
Menurut dia hal ini berkaitan dengan masalah keadilan. “Orang-orang yang bertanggung jawab atas meningkatnya emisi CO2 mencerminkan gambaran orang-orang yang akan menderita. Negara yang lebih kaya menghasilkan CO2, sedangkan negara dengan orang-orang paling miskin menanggung akibatnya.” tutupnya.