Pertanianku — Kapal pengangkut hewan ternak dinilai dapat mendongkrak dan mendukung tercapainya kedaulatan pangan khususnya protein hewani.

Hal itu diungkapkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fini Murfiani dalam diskusi media di Hotel Red Top Pecenongan, belum lama ini.
Kapal khusus angkatan ternak Camara Nusantara (CN 1) bahkan telah memenuhi aspek kesejahteraan hewan bertaraf internasional. Penyusutan bobot sapi selama perjalanan dapat diminimalkan dan menambah nilai nominal yang sampai ke tangan peternak.
“Sehingga lebih menggairahkan bisnis sapi,” tutur Fini.
Kapal khusus angkutan ternak CN 1 merupakan salah satu wujud implementasi tol laut yang mengangkut ternak dari daerah sentra produsen ke daerah konsumen. Keberadaan kapal ternak ini dapat menjamin kelangsungan pendistribusian ternak melalui angkutan laut dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai daerah produsen sampai ke DKI Jakarta dan sekitarnya.
Pasalnya, selama ini pendistribusian sapi potong dari daerah sumber ternak ke wilayah Jabodetabek umumnya menggunakan kapal kargo dan dilanjutkan dengan angkutan truk yang membutuhkan waktu cukup lama.
Pengangkutan dengan kapal kargo itu berdampak pada penyusutan bobot sapi mencapai 15—22 persen. Guna meningkatkan bobot sapi diperlukan pemulihan yang membutuhkan biaya tambahan dari pedagang.
“Dan akhirnya sebagai kompensasinya harga ikut dibebankan kepada konsumen,” ucapnya.
Oleh karena itu, penataan tata niaga ternak menjadi perhatian pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang sehat. Dengan begitu, akan tercipta peternakan yang berdaya saing dan mampu menyediakan bahan pangan ternak dalam negeri.