Pertanianku — Kara, di Jawa Barat disebut dengan roay, merupakan kacang yang mengandung asam sianida yang bersifat racun dengan kadar rendah. Namun, kara tidak membahayakan tubuh manusia jika direbus terlebih dahulu saat sebelum dimakan. Akan tetapi, tanaman kara akan beracun bagi ternak kambing.
Kara mudah dibedakan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Tanaman tersebut berbentuk perdu dan bersifat membelit (merambat). Daun pohonnya berwarna hijau dan bunganya berwarna putih kebiruan.
Buahnya berwarna putih kekuning-kuningan serta beraroma langu, tetapi segar. Perbedaan yang mencolok antara pohon kacang dan kara adalah kandungan asam biru (racun) yang tinggi sehingga menyebabkan kacang ini beracun. Polongnya pipih dan berparuh walaupun ada pula yang agak glig mirip dengan buncis.
Tanaman akan beracun jika dimakan oleh kambing atau hewan ternak lainnya. Namun, daun tanaman ini sudah digunakan di dunia kedokteran. Daun kara bisa digunakan sebagai obat gatal pada kulit. Daun tersebut diramu dengan campuran kapur sirih.
Buah mudanya bisa digunakan sebagai bahan sayur atau dilalap dengan direbus terlebih dahulu. Buah yang akan dimakan harus dimasak terlebih dahulu untuk mencegah keracunan yang ditimbulkan dari kandungan asam biru (asam sianida). Biji-biji kara yang sudah tua dapat digoreng sebagai campuran soto, nasi uduk, dan lainnya.
Dibalik kandungan yang terlihat menyeramkan, nyatanya kara dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dan bahan masakan.
Tanaman ini dapat tumbuh di dataran tinggi dan datran rendah. Namun, tanaman ini akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Buah kara sulit diperoleh di pasar karena penanamannya jarang dilakukan untuk bisnis. Tanaman ini biasa digunakan sebagai tanaman hias dan buahnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Pohonnya tidak memerlukan perawatan yang rumit. Perawatannya cukup dilakukan dengan memberantas hama dan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Anda juga perlu membuang beberapa daunnya jika pohon tumbuh sangat rimbun. Hama yang menyerang biasanya hanya kutu daun yang bisa diberantas dengan insektisida kelthane sebanyak 0,2 persen.
Buah yang bisa dipanen adalah buah yang masih muda. Buah yang terlambat dipanen akan berserat, keras, sukar dipatahkan, dan tidak enak untuk dikonsumsi.