Karakteristik Bibit Jahe Berkualitas

Pertanianku – Tanaman jahe biasanya diperbanyak melalui pembiakan vegetatif, yaitu dengan cara memotong rimpangnya untuk ditanam kembali. Meskipun mudah untuk membuat bibit sendiri, tetapi harus memperhatikan kualitas bibit yang baik agar pertumbuhan dan produksi tanaman juga baik. Untuk memperoleh kualitas bibit yang baik, sebaiknya diperhatikan beberapa hal yang mempengaruhinya.

Karakteristik Bibit Jahe Berkualitas

– Rimpang yang akan dijadikan bibit diambil langsung dari kebun. Hal itu karena bibit yang baik berasal dari rimpang yang segar.

– Rimpang diambil dari tanaman yang sehat adalah rimpang yang kondisinya tidak terluka. Selain itu, rimpang yang baik berasal dari tanaman berumur 10 bulan (rimpang tua).

– Bibit yang baik berukuran sekitar 3—7 cm dengan berat antara 25—60 g untuk jahe putih besar. Sementara itu, untuk jahe putih kecil dan jahe merah bobotnya 20—40 g di setiap potongan rimpang.

– Rimpang yang akan dijadikan bibit memiliki 3 mata tunas atau lebih.

– Bagian rimpang yang terbaik untuk dijadikan bibit adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga.

– Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan jahe emprit adalah 1—1,5 ton. Sementara itu, jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan bibit 2—3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar yang dipanen muda.

– Rimpang yang telah terinfeksi penyakit tidak dapat digunakan sebagai bibit karena akan menjadi sumber penularan penyakit. Jika ditanam, bibit sakit akan membuat pertumbuhan tanaman tidak baik. Dengan demikian, hasil panen yang diperoleh tidak akan memuaskan, bahkan bisa gagal panen. Oleh karena itu, bibit jahe yang akan ditanam harus jelas asal-usulnya.

– Bibit yang digunakan harus dipastikan bukan dari kebun yang terserang bakteri Pseudomonas solanacearum, cendawan Rhizoctonia solani, maupun hama lalat rimpang Mimegralla coeruleifrons dan Enmerus figurans. Jika bibit tersebut ditanam tidak akan tumbuh dengan baik dan tentu saja membuat produksi menurun.

 

Sumber: Buku Jahe