Pertanianku — Papua memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk dan sektor pertanian yang menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi daerah menjadi alasan Kementerian Pertanian memprioritaskan pembangunan pertanian di Provinsi Papua. Pembangunan tersebut diharapkan dapat membuat provinsi ini menyediakan beras sendiri hingga bisa mengekspor hasil panen ke negara tetangga.

“Salah satu kunci meningkatkan produksi di Papua adalah kemandirian benih. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk memajukan pertanian di Papua, program mandiri benih kita jalankan di lapangan,” tutur Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.
Kuntoro juga mengatakan, pembangunan ini membutuhkan petani milenial yang mampu melakukan terobosan inovasi pertanian yang unggul, profesionalisme, dan berdaya saing. Dengan begitu, lahan pertanian yang semula tidak produktif bisa dioptimalkan hingga menghasilkan panen dengan nilai jual yang tinggi.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua, Badan Litbang Pertanian, Martina Sri Lestari, menjelaskan, tahun ini fokus BPTP Papua adalah menjalankan program Usaha Pengelolaan Benih Sumber. Program ini berjalan di sentra produksi beras di Papua, yakni Merauke, Nabire, Kerom, dan Kota Jayapura.
“Kuncinya agar Papua ini mandiri pangan adalah mandiri benih sehingga kegiatan pendampingan pengembangan benih sumber ini menjadi kegiatan utama kami dan juga ada kegiatan pengembangan hilirisasi komoditas padi, kakao, dan hortikultura,” jelas Martina.
Salah seorang petani milenial di Kampung Koya Barat binaan BPTP Papua, Basri, mengatakan, selama ini ia bersama lima petani lainnya tengah melakukan budidaya padi untuk benih sumber. Budidaya tersebut dilakukan di lahan seluas 10 hektare. Kegiatan budidaya didampingi oleh BPTP Papua sehingga perlakuannya dilakukan dengan optimal.
“Alhamdulillah, produksinya 7 sampai 8 ton per hektare. Kalau untuk benih, didapatkan 4 ton per hektare. Benih yang kita kembangkan Inpari 30, Inpari 32, dan Siliwangi. Harga gabah kering giling Rp7 ribu kg,” ungkap Basri.
Saat ini luas lahan budidaya padi untuk benih sumber di Kota Jayapura mencapai 100 hektare.