Kementan Beri Dorongan Soal Ekspor Kunyit Asal Garut

Pertanianku — Kunyit adalah salah satu tanaman rimpang yang memiliki banyak kegunaan. Selain sebagai penyedap masakan, kunyit juga sangat berpotensi serta bermanfaat untuk kesehatan dan kecantikan. Karena kegunaannya, ekspor kunyit kini semakin ditingkatkan. Salah sentra kunyit di Indonesia adalah Kabupaten Garut yang mempunyai potensi tanaman obat cukup tinggi.

ekspor kunyit
Foto: Pixabay

“Komoditas tanaman obat yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Garut antara lain jahe, kunyit, dan kapulaga,” ujar Kepala Seksi Sayur dan Tanaman Obat Provinsi Jawa Barat, Adang, melalui siaran pers.

Kasi Sayuran dan Tanaman Obat Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Didin Moh Nurdin pun ikut membenarkan pernyataan tersebut. Didin melihat prospek pengembangan kunyit semakin positif.

“Kunyit ini, dari tahun ke tahun luas tanamnya meningkat, begitu juga produksinya. Tren kenaikan luas panen kunyit Kabupaten Garut selama kurun lima tahun terakhir sebesar 20 persen dengan luas pada 2018 mencapai 215 hektare. Sementara produksi kunyit naik sebesar 27 persen, dengan jumlah produksi sebesar 5.732 ton,” paparnya.

Salah satu sentra pengembangan kunyit di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Malangbong tepatnya di Desa Cilampuyang. Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelompok tani yang mengembangkan kunyit lokal.

“Di sini petani menanam kunyit ada yang secara monokultur dan tumpang sari dengan tanaman kacang tanah, jagung ataupun jagung. Tumpang sari dengan kacang tanah pada usia panen umur 3 bulan, jagung pada saat 4 bulan, dan singkong pada usia 8—9 bulan,” papar Didin.

Didin mengatakan, dengan tumpang sari ini petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari panen kunyit. Umur panen kunyit minimal 8 bulan sehingga dalam masa penanaman ini setidaknya diperoleh dua hasil panen.

Sementara itu, ketua Kelompok Tani Karya Mekar, Endang Hermawan bercerita, kunyit asal Garut ini disukai oleh pembeli karena ukuran umbinya besar dan warna dagingnya kuning cerah. Kunyit dari daerah ini selalu ditunggu-tunggu oleh pedagang di pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Cibitung, dan Cikopo Karawang.

Dari perkiraan analisis usaha tani, BEP produksi kunyit di Desa Cilampuyang sebesar Rp1.500—2.000 per kilogram (kg) dan harga jual di tingkat petani sebesar Rp2.000—4.000 per kg.

“Kunyit yang sudah disortasi dan berukuran besar dihargai lebih tinggi, yaitu Rp4.000 per kg. Produksi kunyit sebagian besar diserap untuk dijual sebagai kunyit segar,” ungkap Endang.

Plt. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman, pada kesempatan yang berbeda menyatakan sangat senang mengetahui adanya potensi pengembangan tanaman obat di Kabupaten Garut.

“Kunyit ini banyak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Ekspor kunyit terus meningkat dan trennya naik 14 persen. Volume ekspor kunyit tahun 2018 sebesar 9.541,38 ton. Negara tujuan ekspor kunyit di antaranya India, Vietnam, Amerika Serikat dan Singapura,” ujar Sukarman.

Untuk ekspor biasanya bukan dalam bentuk segar, tetapi dalam bentuk simplisia atau bubuk. Dengan demikian, perlu adanya keterampilan dari petani untuk membuat simplisia atau serbuk kunyit. Sebagai informasi, Sukarman menjelaskan, pengembangan kawasan kunyit Kabupaten Garut pada 2019 seluas 15 hektare.