Pertanianku — Komoditas hortikultura menjadi salah satu komoditas pertanian yang paling sering dibudidayakan karena nilai ekonomi komoditas ini luar biasa. Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo tengah berupaya membangun kampung hortikultura dengan konsep One Village One Variety (OVOV).

Konsep tersebut bertujuan untuk membuat kawasan yang terkonsentrasi dan berskala ekonomi. Dengan begitu, produk yang dihasilkan berkualitas dan bisa bersaing dengan produk-produk dari negara lain di pasar ekspor.
Dalam webinar MSPP Vol. 22 2021, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memaparkan bahwa kebijakan untuk menaikkan daya saing hortikultura akan dilakukan melalui tiga strategi utama, yaitu pengembangan Kampung Hortikultura, menumbuhkan UMKM hortikultura, dan digitalisasi hortikultura melalui sistem informasi. Ketiga strategi tersebut diharapkan bisa menjadi legacy dari Direktorat Jenderal Hortikultura untuk pertanian Indonesia.
“Kalau berbicara komoditas hortikultura, terutama buah-buahan, kita sering kali kalah dengan Thailand atau Vietnam. Padahal, secara iklim sama dan tanahnya tidak lebih subur dari Indonesia. Yang membedakan adalah konsepsinya. Mereka terkonsentrasi, sementara kita terlalu tersebar luas dan jadinya menyulitkan pelaku usaha dalam melakukan ekspor. Konsep seperti inlah akan diterapkan melalui Kampung Hortikultura,” papar Prihasto seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id .
Ditjen Hortikultura menargetkan akan ada 1.345 Kampung Hortikultura yang terdaftar pada 2021. Kampung-kampung tersebut akan dikembangkan di 31 provinsi di Indonesia. Syarat agar daerah tersebut bisa dijadikan Kampung Hortikultura adalah kesesuaian agroekosistem, adanya semangat dan dukungan dari masyarakat kampung, pemerintah daerah berkomitmen untuk melakukan pendampingan dan pengawalan, serta kampung harus berada di dalam satu kesatuan administrasi desa.
Prihasto mengungkapkan butuh adanya sinergitas antara beberapa pihak untuk menyukseskan program prioritas ini, salah satunya dengan petani dan penyuluh berkualitas. Bentuk sinergi yang dibutuhkan antara lain pelatihan dan bimbingan teknis terkait budidaya, pascapanen, pengolahan, jaminan mutu produk, dan UMKM hortikultura.
“Selain benih berkualitas hasil sinergi Direktorat Perbenihan Hortikultura dan Badan Litbang Pertanian, pengembangan Kampung Hortikultura juga memerlukan sinergi dengan BPPSDMP dalam hal bantuan penyuluh untuk pendampingan dan pengawalan. Ke depannya akan dilakukan pelatihan atau bimtek untuk petani dan penyuluh agar mampu mengembangkan kampung dengan optimal,” jelas Prihasto.
Sinergi antara petani dan penyuluh sudah terbukti berhasil membuat Kampung Lengkeng di Grobogan, Kampung Durian Songgon di Banyuwangi, dan Kampung Mangga Agrimania di Indramayu.