Kementan Gelar Gerakan Menanam Jagung Saat Musim Hujan Tiba

Pertanianku — Pada Sabtu, 23 November 219 Kementerian Pertanian mengadakan gerakan tanam jagung saat musim hujan tiba di Tulungagung. Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Daerah Tulungagung menggelar gerakan tersebut di beberapa wilayah sentra produksi.

gerakan tanam jagung
foto: pixabay

Gerakan tanam jagung ini dihadiri oleh 3 ribu petani yang akan melakukan penanaman di lahan seluas 850 hektare yang berlokasi di Desa Basole, Kecamatan Besuki, Tulungguangung. Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Jenderal Prasarana, dan Sarana Pertanian, Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan, serta Ketua Tani Hutan (KTH) Agro Makmur Lestari.

Mukalam selaku Ketua Tani Hutan menuturkan bahwa kegiatan penanaman jagung dilakukan di area lahan perhutanan sosial. Gerakan ini merupakan bentuk nyata dari implementasi sinergitas antar-Kementerian.

Tulungagung yang terkenal dengan produksi padinya yang melimpah juga memiliki potensi sebagai sentra jagung. Menurut Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan, pada 2019 akan diperkirakan ada surplus yang berasal dari komoditas jagung sebesar 240 ribu ton.

“Luas panen jagung di bulan Januari sampai Oktober kemarin saja ada sekitar 45 ribu hektare dengan produktivitas yang tinggi sekitar 6,34 ton per hektare,” ujar Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan seperti dikutip dari laman Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Pada 2019, Tulungagung sudah mendapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian berupa benih padi sebanyak 76 ribu ton dan benih jagung sejumlah 131 ribu kg yang untuk lahan seluas 8.894 hektare. Selain benih, Tulungagung juga mendapatkan bantuan berupa alat mesin pertanian seperti power threster dan unit pengolahan hasil. Semua alat bantuan tersebut senilai lebih dari Rp270 miliar.

Selain jagung, Direktur Jenderal Tanaman Pangan juga berharap adanya preferensi tanaman lain yang ditanam di Tulungagung. Hal ini lantaran masih banyak komoditas pangan yang bisa ditanam dan dikembangkan serta bernilai jual yang sama bagusnya seperti jagung. Dengan begitu, petani di sekitar Tulugagung dapat menjadi price maker, bukan hanya sebagai price taker.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana pun menyarankan petani mengikuti asuransi. Asuransi tersebut diperuntukan menangani kejadian yang tidak diinginkan dalam proses tanam, misalnya serangan hama, penyakit, kekerangan, ataupun banjir.