Pertanianku — Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan PKH I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang menggiatkan upaya menuju swasembada protein hewani. Artinya, sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat berasal dari keanekaragaman ternak, tidak tergantung pada satu macam sumber protein.
“Untuk itulah, dilakukan penguatan peningkatan produksi dan produktivitas tidak hanya untuk sapi dan kerbau, namun kita juga mendorong bertumbuhkembangnya ternak lainnya, seperti kambing, domba, kelinci, unggas, dan sapi perah,” papar I Ketut seperti dikutip dari Pertanian.go.id.
Populasi sapi pada 2014 sampai 2017 mengalami kenaikan sebesar 12,6 persen. Sementara, populasi kerbau dengan periode yang sama (2014—2017), mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen. Demikian juga dengan populasi komoditas ternak lainnya seperti babi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras pedaging dan petelur, serta itik.
Terkait pengembangan komoditas sapi dan kerbau, telah terjadi loncatan populasi yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan populasi kedua binatang ternak tersebut dari periode 2014—2017 yang mengalami loncatan kenaikan pertumbuhan menjadi sebesar 3,83 persen per tahun dibanding pertumbuhan populasi pada periode 2012—2014 dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya yang menurun sebesar (1,03%).
Upaya mempercepat peningkatan populasi sapi dan kerbau pada 2015—2016 telah dilakukan melalui program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB). Selanjutnya, pada Oktober 2016 Kementan memperluas program ini dengan lebih mengoptimalkan pelayanan reproduksi kepada sapi-sapi milik peternak melalui Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) yang bertujuan mempercepat peningkatan populasi sapi di tingkat peternak.
“Esensi Upsus Siwab adalah mengubah pola pikir petani ternak, yang cara beternaknya selama ini masih bersifat sambilan, menuju ke arah profit dan menguntungkan bagi dirinya,” jelas I Ketut.
Berdasarkan perhitungan analisis ekonomi, jika harga anak sapi lepas sapih rata-rata sebesar 8 juta rupiah, sedangkan hasil Upsus Siwab 2017—2018 sebanyak 2.385.357 ekor, akan diperoleh nilai ekonomis sebesar Rp19,08 triliun.
“Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Uspsus Siwab 2017—2018 hanya sebesar Rp1,41 triliun sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp17,67 triliun rupiah,” tutup I Ketut.