Pertanianku – Indonesia memang terkenal dengan daerah-daerah penghasil kopinya. Dengan besarnya produksi kopi setiap tahunnya, mengantarkan Indonesia berada di posisi ke-4 sebagai produsen kopi dunia. Posisi pertama ditempati oleh Brazil, Vietnam, dan Kolombia di peringkat ketiga.
Namun, hal tersebut belum membuat Menteri Pertanian RI (Mentan) Andi Amran Sulaiman merasa puas dengan pencapaian tersebut. Bahkan, Mentan mengupayakan Indonesia sebagai produsen kopi berada di posisi kedua.
Lalu, bagaimana agar Indonesia bisa naik ke peringkat nomor 2 sebagai produsen kopi?
“Sekarang ini ‘kan produksi kita 0,6 ton kami ingin naikkan 1 ton, kita akan bertengger di posisi nomor 2 dunia. Enggak usah dulu 2 ton, 1 ton aja dulu. Kalau kita kejar dulu, kita berada pada posisi 2 dunia,” kata Mentan Amran beberapa waktu lalu, seperti melansir detikFinance (24/7).
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, menambahkan produksi kopi Indonesia bisa 2 ton per hektare. Apalagi, jika kopi Indonesia mulai diarahkan pada kopi organik.
“Sampai dua ton juga bisa. Tapi kita dorong kopi kita jadi kopi organik. Pada saatnya pangsa pasar akan sadar bahwa kopi Vietnam tidak lebih baik dari kopi kita,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan cita rasa kopi Indonesia akan menyaingi kopi Vietnam jika produktivitas kopi organik terus dibudidayakan. Tak hanya dari segi kualitas rasa yang diperoleh, keuntungan lain juga dari harga jual yang lebih bersaing.
“Mereka pacu produksi dengan pupuk anorganik, kita pakai organik. Pada saatnya membudidaya dengan cara organik juga akan tingkatkan produktivitas yang bagus dan harga lebih bersaing,” lanjutnya.
Kopi Indonesia masih didominasi jenis robusta. Dan, Kementerian Pertanian tengah berencana untuk mulai mengembangkan jenis kopi lain, yakni arabika.
Lebih lanjut Amran mengatakan, hingga kini produksi kopi robusta nasional masih lebih besar dibanding arabika. Hal tersebut yang membuat Amran ingin menyamaratakan produksi keduanya. Apalagi mengingat harga kopi arabika yang lebih bersaing.
“Ini ke depan doakan kami akan ubah, yang bagus arabika harganya dua kali lipat. Robusta harganya di bawah. Sedangkan (produksi) robusta ini 90%, sisanya arabika” ucap Mentan.
Bahkan, Mentan berencana untuk untuk menyamaratakan produksi kopi arabika dan robusta melalui metode penanaman kembali (replanting). Dengan begitu, produksi keduanya menjadi seimbang. Seperti diketahui produksi kopi arabika nasional pada 2016 berada di kisaran 175 ton, sedangkan kopi robusta sekitar 492 ton.