Pertanianku — Pada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38 di Kalimantan Selatan, Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan optimalisasi lahan rawa sebagai solusi baru penyediaan pangan. Peringatan HPS itu mengangkat tema Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.

Salah satu dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada peringatan HPS tersebut, yakni Pekan Pertanian Rawa Nasional II di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018).
Kegiatan ini dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Gubernur Kalimantan Selatan yang diwakili Sekretaris Daerah Abdul Haris Makki, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir, dan Kepala Badan Litbang Pertanian Muhammad Syakir.
Selain itu, dihadiri pula oleh Dirjen Hortikultura, Suwandi, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, dan 1.000 peserta yang mewakili petani, akademisi, peneliti, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, para pengambil keputusan, dan masyarakat umum lainnya.
Amran mengatakan, pemanfaatan lahan rawa untuk pangan adalah terobosan baru sebagai solusi paceklik pangan yang terjadi pada November, Desember, dan Januari. Saat paceklik pangan terjadi di Jawa, tambahan pangan dapat dipenuhi dari lahan rawa.
Dalam mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045, salah satu potensi besar yang dapat dikembangkan, yakni lahan rawa lebak dan pasang surut, begitu kata Amran. Indonesia memiliki lahan rawa seluas 34,1 juta hektare yang terdiri atas lahan rawa lebak 25,2 juta hektare dan rawa pasang surut 8,9 juta hektare yang tersebar Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
“Dari total luas tersebut, potensi untuk pengembangan pertanian seluas 21,82 juta hektare atau 64 persen. Saat ini ketersediaan lahan rawa untuk perluasan area pertanian seluas 7,52 juta hektare. Jika ini kita optimalkan, pangan kita semakin kuat,” demikian dikatakan Amran pada acara Pekan Pertanian Rawa Nasional II.
Amran menekankan dengan produktivitas padi di lahan rawa rata-rata 4 ton per hektare, maka tambahan produksi padi akan mencapai 60,16 juta ton gabah kering giling atau setara beras 37,30 juta ton. Untuk percepatan peningkatan produksi padi, Kementan telah mengidentifikasi dan memulai upaya optimalisasi lahan rawa 1 juta hektare di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.
“Tantangannya kita baru menemukan inovasi baru setelah 1 sampai 2 tahun dicoba. Kita coba di Sumsel dan Kalsel. Dulu kalau musim kering terbakar hanya menghasilkan asap. Kalau musim hujan hanya dijadikan perahu-perahuan dan seterusnya. Tapi hari ini dijadikan lahan produktif,” paparnya.