Kementan Pastikan Kebutuhan Bahan Pangan Utama Aman hingga Desember

Pertanianku — Kementerian Pertanian (Kementan) setiap bulannya melakukan prognosa bagi 11 komoditas bahan pangan utama. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, memastikan bahan pangan utama di Indonesia dalam kondisi aman dan terkendali. Hal tersebut disampaikan pada rapat dengar pendapat dengan Komite II DPR RI.

bahan pangan
foto: pertanianku

“Dengan begitu, maka bisa kita lihat bahwa sesungguhnya kedaulatan pangan kita mulai tercapai. Maka itu, kita harus menjamin 267 juta rakyat Indonesia tidak kelaparan. Dan kita harus menjamin juga pangan yang dikonsumsi itu aman,” tutur Agung seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.

Dalam melakukan prognosa terhadap 11 komoditas bahan pangan, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik yang merupakan rujukan pusat data pemerintah.

Hasil dari prognosa tersebut menyatakan komoditas beras yang merupakan bahan pangan utama orang Indonesia memiliki stok yang cukup, bahkan diperkirakan akan surplus.

“Yang pasti, saat ini kebutuhan beras nasional berada di angka 111,56 kilogram. Sedangkan total kebutuhan beras diperkirakan mencapai 30,08 juta ton. Sementara itu, perkiraan produksi beras nasional tahun 2020, diprediksi mencapai 30,26 juta ton sehingga terdapat surplus beras sekitar 175,86 ribu ton,” jelas Agung.

Agung mengatakan pada awal 2020, Indonesia memiliki stok beras sebesar 5,94 juta ton. Jika ditambahkan dengan potensi surplus yang akan didapatkan di akhir 2020, jumah persediaan beras mencapai 6,11 juta ton.

Meskipun dilihat dari persediaan pangan diprediksikan akan aman hingga Desember nanti, ketahanan pangan tetap akan memiliki kendala di tengah kondisi pandemi seperti ini. Oleh karena itu, Kementan diharuskan untuk tetap bersiaga mengurus kelancaran distribusi bahan pangan dan menjaga agar petani tetap bisa menyuplai kebutuhan pasar.

“Selain itu, suka tidak suka kita menghadapi pola konsumsi. Kemudian, ke depan kita juga akan mengalami hambatan distribusi pangan dan terjadi perubahan transaksi ke arah online. Akibatnya, NTP kita sempat mengalami penurunan,” papar Agung.

Melihat dari tantangan yang akan dialami oleh Indonesia, Agung berharap seluruh pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk menuntaskan masalah ketahanan pangan.