Pertanianku — Pola tanam off-season bawang merah dipilih Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menjaga stabilitas pasokan salah satu bumbu masakan wajib itu. Selain itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi pun terus mengingatkan 10 jurus menjaga stabilisasi cabai dan bawang merah.

Menurut Suwandi, salah satu cara ampuh agar pasokan terus merata sepanjang waktu, yaitu dengan mendorong perluasan tanam di daerah-daerah yang bisa tanam di luar musim. Selanjutnya, diharapkan muncul sentra-sentra pertanaman off-season sebagai penyangga pasokan di luar musim tanam.
“Salah satu sentra pertanaman off-season bawang adalah Pamekasan,” katanya.
Selain perluasan tanam, Suwandi juga menekankan pentingnya menggunakan benih unggul dan mengikuti aturan pola tanam antarwaktu antarwilayah. Penggunaan pupuk organik dan pestisida buatan sendiri juga dinilai lebih efisien.
Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat pada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Mohammad Ismail Wahab mengaku takjub saat melihat hamparan 600 hektare bawang merah di Desa Bangsereh, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
“Luar biasa! Saat intensitas hujan tinggi seperti sekarang ini, sebagian besar sentra bawang merah mengurangi luas tanamnya. Berbeda dengan Pamekasan yang justru puncak tanam bawang merah,” ungkap Ismail.
Ia juga memuji pola tanam yang dikembangkan di Pamekasan. “Ini yang disebut tanam di luar musim atau off-season. Pola tanam ini solusi untuk mengisi kebutuhan nasional saat pasokan berkurang. Jadi, simpanan, istilahnya, tutur Ismail.
Menurut dia, hasil panen bawang merah varietas Manjung asli Pamekasan memiliki daya tahan tinggi saat musim hujan. Produktivitasnya mencapai 6—7 ton per hektare bahkan bisa mencapai 10 ton per hektare di musim kemarau.
“Panen raya di Pamekasan terus berlanjut di bulan Maret sampai April. Dampaknya, petani di sini sering memperoleh harga baik. Saat ini saja grade super harganya Rp25 ribu per kilorgram dan yang biasa Rp17 ribu per kilogram. Harga bagus itu,” terangnya.
Di samping itu, Ketua Kelompok Tani Tani Sejati Musafi mengatakan, petani bawang di Desa Bangsereh kebanyakan merupakan petani swadaya. Dengan bermodalkan Rp50 juta sampai Rp60 juta per hektare. Dia mengatakan, petani bawang masih bisa mendapatkan untung.
“Bahkan, sekarang pedagang Jawa kejar barang ke sini untuk dikirim ke Jakarta sampai Kalimantan,” ujar Musafi.
Ia juga mengungkapkan, petani bawang di Kecamatan Batumarmar biasa tanam tiga kali dalam setahun, terutama di lokasi cukup air. Karena itu, dia meminta pemerintah bisa membantu memberikan alat kultivator, pompa, dan traktor karena petani sangat membutuhkannya.