Pertanianku – Kementerian Pertanian selama ini kerap kali disorot akibat inflasi yang terjadi. Pasalnya, kenaikan bahan kebutuhan pangan selalu menjadi penyebab pertama inflasi.
Demi mengatasi ketidakstabilan harga pangan, Kementan pun telah memiliki strategi khusus. Salah satunya adalah dengan membentuk toko tani yang merupakan kegiatan jual beli pangan pada daerah yang sering kali mengalami lonjakan harga.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Gardjita Budi mengatakan, sepanjang tahun 2016 Kementan akan membentuk 1.000 toko tani pada berbagai daerah di Indonesia. Program ini sendiri saat ini telah berjalan dengan total toko tani Indonesia (TTI) terbanyak terdapat di Sumatera Selatan dan Sumatera Utara sebanyak 30 TTI.
Sebagaimana dikutip Okezone (28/4), “Tahun 2016 kita targetkan 1.000 TTI. Terbanyak TTI saat ini ada di Sumut dan Sumsel sebanyak 30 TTI,” ujar Gardjita. Mekanisme TTI ini diharapkan dapat menekan harga pangan pada tingkat penjual di pasaran. Sehingga, persoalan rantai pasok selama ini yang menjadi kendala utama pemerintah dalan menentukan harga ditargetkan dapat tercapai.
“Misalnya harga cabe dan bawang di Brebes dihargai Rp 22 ribu (per kg) di Jakarta Rp45 ribu. Itu bisa secara direct, dan dijual menjadi Rp33 ribu. Artinya kalau pedagang mau jual Rp35 ribu bisa dapat untung. Kita lakukan dengan cara pendekatan TTI,” jelas Gardita.
Selain itu, Kementan juga menargetkan akan membentuk 500 gabungan kelompok tani (gapoktan). Gabungan kelompok petani ini nantinya juga akan difungsikan untuk dapat mengendalikan harga pangan. “Di Gapoktan kita fokus sama yang punya gilingan sendiri, sehingga harganya bisa lebih rendah,” tutur Gardjita. Saat ini, program ini baru diuji cobakan pada cabai dan bawang. Ke depannya, program ini akan menyasar bahan pangan lainnya seperti beras dan daging ayam.