Kenal Lebih Dekat dengan Apel Sebagai Buah Penurun Kolesterol

Pertanianku — Pasti Anda sudah tidak asing dengan buah apel, buah yang sering dikonsumsi secara utuh bersamaan dengan kulitnya. Apel berasal dari Asia dan Eropa Timur. Saat ini sudah ada lebih dari 7.000 varietas apel yang tersebar di seluruh dunia dengan variasi warna, penampilan, rasa, dan aroma yang berbeda-beda. Apel terkenal sebagai buah penurun kolesterol yang ampuh untuk menetralkan kadar kolesterol yang tinggi.

buah apel
foto: Pertanianku

Dalam satu buah apel berukuran sedang atau sekitar 138 gram mengandung 81 kalori, 84 persen air, 4 gram serat, 21 gram karbohidrat, 10 mg kalsium, 159 mg kalium, 7 gram magnesium, 10 mg fosfor, 7 RE vitamin A, 8 mg vitamin C, 0,1 mg riboflavin, 0,1 mg vitamin B6, dan 4 mcrg folat. Buah apel tidak mengandung lemak dan protein.

Apel terkenal sebagai sumber vitamin C, kalium, serat larut, dan serat tidak larut. Konsumsi satu buah apel tiap harinya dipercaya mampu menjaga penampilan agar terlihat awet muda.

Buah apel lebih sering dikonsumsi secara langsung saat buah masih segar. Buah ini sering disajikan sebagai hidangan pencuci mulut. Kulit apel bisa dimakan dan mengandung ellagic acid, chlorogenic acid, caffeic acid, tannic, flavanoid, catechin, epicatechin, kalium, dan zink.

Faktanya, nutrisi yang paling penting dari buah ini terletak pada lapisan bawah kulit buahnya. Tak heran, banyak yang merekomendasikan untuk mengonsumsi apel bersamaan dengan kulitnya.

Kandungan pektin di dalam apel dapat membentuk gel di bagian usus dan bermanfaat untuk menghambat penyerapan kolesterol sehingga kadarnya di dalam darah menurun. Sementara itu, kandungan serat yang tidak larut di dalam kulit apel berguna untuk meningkatkan kontraksi usus besar sehingga proses buang air besar berjalan lebih mudah.

Kandungan quercetin berkhasiat sebagai antiradang dan antioksidan yang kuat dan berfungsi untuk menetralkan radikal bebas sebelum merusak DNA dan komponen penting lainnya yang masuk ke kulit sehingga tidak mudah keriput.

Kandungan fitokimia di dalam apel lebih tinggi apabila apel dikonsumsi dalam keadaan segar, dibanding apel yang sudah diolah menjadi produk olahan. Apel yang sudah diolah menjadi keripik, jus, dan produk olahan lainnya cenderung mengalami penurunan kadar fitokimia, bahkan menghilang.