Kenal Lebih Dekat Ikan Bandeng yang Lezat

Pertanianku — Popularitas ikan bandeng di Indonesia sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, ikan ini termasuk salah satu jenis ikan yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya lezat. Secara taksonomi, bandeng termasuk dalam kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Malacopterygii, famili Chanidae, genus Chanos, spesies Chanos chanos (Forsk).

 ikan bandeng
foto: pertanianku

Uniknya, di Indonesia ikan bandeng memiliki banyak sebutan, seperti bolu, muloh, atau ikan agam. Sementara itu, di dunia perikanan internasional, bandeng dikenal dengan nama milkfish.

Bandeng termasuk ikan pemakan tumbuhan seperti lumut, kelekap, dan plankton (nabati ataupun hewani). Saat ini, budidaya bandeng telah menggunakan pakan komersial (pelet) sebagai pakannya.

Budidaya bandeng di Indonesia sudah dikenal sejak abad XII dan merupakan budidaya tertua. Pada saat itu, bandeng mulai dibudidayakan di tambak air payau Pulau Jawa. Walaupun demikian, sampai saat ini sebagian besar pemeliharaannya masih bersifat tradisional dan dilakukan pada kedalaman air sekitar 15—40 cm.

Bandeng termasuk ikan yang sangat mudah dibudidayakan. Meskipun bandeng termasuk ikan laut, bandeng juga bisa hidup di air payau, bahkan air tawar. Hal itu karena bandeng memiliki kemampuan dalam menghadapi perubahan kadar garam (salinitas) yang sangat besar (euryhaline) sehingga membuatnya mudah dibudidayakan.

Daerah penyebaran ikan bandeng adalah perairan tropis dan subtropis Indo-Pasifik. Bandeng tersebar dari perairan selatan Jepang sampai perairan selatan Australia. Di bagian timur, bandeng ditemukan sampai di Kepulauan Paumotu. Sementara itu, di sebelah barat, bandeng ditemukan di daerah Laut Merah, Pantai Timur Afrika, dan Madagaskar.

Di Taiwan, bandeng dibudidayakan di tambak sedalam 1—2 m dengan menggunakan teknologi yang sudah maju. Hingga saat ini kebutuhan bandeng belum terpenuhi secara maksimal. Oleh karena itu, prospek budidaya bandeng masih terbilang cerah dan terus terbuka.

Budidaya bandeng sebetulnya bisa menggunakan cara organik. Pemakaian pupuk organik dalam budidaya bandeng ini dilakukan karena penggunaan bahan kimia sudah mulai berkurang dan memang lebih menguntungkan. Awalnya, para pembudidaya bandeng hanya menggunakan pupuk organik, seperti pupuk hijau, kompos, dan pupuk kandang.

Semakin luasnya area pertambakan membuat pupuk organik tidak lagi mencukupi kebutuhan sehingga muncul pupuk anorganik atau pupuk kimia seperti Urea, ZA, atau TSP. Seiring berjalannya waktu, disadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak tanah atau lahan tambak. Petambak pun kembali melirik pupuk organik.