Kenali Penyakit Bulai pada Jagung Manis dan Pengendaliannya

Pertanianku Penyakit jagung manis banyak macamnya, salah satunya adalah bulai. Bulai kerap juga disebut sebagai downy mildew. Penyakit ini disebabkan oleh Peronosclerospora sp. Bisa dibilang, penyakit bulai ini merupakan penyakit terbanyak pada jagung manis yang menyerang di Indonesia.

Penyakit jagung manis
Foto: pixabay

Jika terus dibiarkan, kehilangan hasil akibat penyakit bulai ini bisa mencapai 90—100 persen. Di Indonesia, penyakit ini dikabarkan telah menyerang di semua provinsi. Meskipun spesies yang ada di satu provinsi berbeda dengan spesies lainnya.

Peronosclerospora maydis ditemukan dominan di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara, spesies Peronosclerospora philippinensis dominan di Pulau Sulawesi dan pulau luar Jawa. Semua spesies ini bersifat parasit oblogat. Artinya, penyakit hanya bisa berkembang dan hidup pada inangnya.

Gejala tanaman jagung manis terserang hama bulai adalah dengan melihat bentuk konidia. Konidia milik P. maydis berbentuk bulat, sedangkan pada P. philippinensis berbentuk lonjong.

Konidia milik spesies lain, P. sorghi yang ditemukan di Medan dan Batu, Malang, berbentuk oval. Spesies ini biasanya ditemukan menyerang daerah Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Australia, Eropa, dan Asia.

Penyakit jagung manis ini ditularkan melalui perantara angin. Perkembangannya didukung oleh suhu hangat dan kelembapan yang tinggi hingga lebih dari 95 persen. Proses sporulasi mulai dari keluarnya calon kondiofor hingga terlepasnya konidia terjadi di malam hari yang lembap.

Penyakit bulai banyak menyerang tanaman di usia muda. Serangan terparah terjadi pada hari pertama hingga hari ke-30 setelah ditanam. Tanaman jagung manis yang terinfeksi bulai akan mulai berwarna klorosis atau menguning sejajar tulang daun dengan batas yang jelas.

Daun jagung manis yang masih sehat berwarna hijau normal. Akan tetapi, pada permukaan daun, baik bagian atas maupun bawahnya akan terjadi klorosis dan ada spora berwarna putih seperti tepung. Spora ini akan tampak jelas di pagi hari.

Tanaman yang terinfeksi secara sistemik sejak muda di bawah umur satu bulan biasanya akan mati. Daun yang sudah klorosis menjadi sempit dan kaku. Dengan begitu, tanaman terhambat pertumbuhannya.

Tak hanya daun, bagian tongkol yang terbentuk juga jadi abnormal. Bila sudah parah, bahkan sudah tidak bisa terbentuk tongkol sama sekali. Gejala lainnya adalah terbentuknya anakan yang berlebihan. Daun-daun menggulung dan terpuntir. Bunga jantan mengalami malformasi dan daun sobek-sobek.

Cara pengendalian penyakit bulai sebagai berikut. Pertama, sebaiknya Anda menggunakan varietas tanaman yang memang tahan terhadap penyakit bulai. Kemudian, benih yang ditanam diberi perlakuan fungisida dengan kandungan bahan aktif metalaksil.

Semprotan fungisida juga bisa Anda gunakan, yaitu Nordox 56WP pada tanaman. Fungisida ini mulai bisa diberikan pada hari kelima setelah tanam hingga tidak lagi terjadi gutasi pada tanaman.