Pertanianku – Pada momentum perayaan Idul Adha yang akan jatuh pada 12 September 2016 mendatang, masyarakat saat ini pastinya sudah mempersiapkan untuk membeli hewan kurban. Pada perayaan tersebut biasanya masyarakat membeli kambing dan sapi sebagai hewan kurban.
Hewan kurban seharusnya memenuhi unsur-unsur kesehatan hewan yang akan dipersembahkan untuk ibadah kurban. Untuk kambing yang akan dijual harus sudah powel, artinya sudah berumur satu tahun dengan ciri ciri kambing sehat, yakni mempunyai gigi susu yang sudah berubah menjadi gigi permanen. Sementara itu, untuk sapi powel adalah sapi yang minimal telah berumur dua tahun.
Menjadi kewenangan pemerintah untuk senantiasa memantau kesehatan hewan kurban. Beberapa pemerintah daerah secara rutin melakukan pemantauan kesehatan hewan kurban guna memastikan keamanannya saat dikonsumsi masyarakat. Pemantauan kesehatan kurban dilakukan di seluruh pasar hewan dan kios hewan kurban yang biasanya menjamur jelang Idul Adha. Pemantauan bisa dilakukan dengan cara inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa penjual hewan kurban. Pemantauan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemantauan hewan kurban sebelum disembelih dan pemantauan sesudah disembelih untuk memastikan benar-benar aman dikonsumsi bagi yang berhak menerima.
Beberapa pemerintah daerah yang berada jalur padat lalu lintas perdagangan hewan membentuk tim khusus untuk memantau peredaran daging kurban agar terbebas dari penyakit. Pemeriksaan hewan kurban melingkupi pemeriksaan fisik sampai ke organ dalam hewan dengan cara mengambil sampel darah hewan. Penyakit antraks adalah penyakit yang paling diwaspadai pada hewan kurban. Bagi hewan-hewan yang telah diperiksa dan dinyatakan sehat dan bebas dari penyakit diberikan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
Langkah pemantauan kesehatan hewan kurban guna mengantisipasi peredaran hewan kurban yang tidak sehat atau mengidap penyakit yang berbahaya bila dikonsumsi manusia. Seringkali ada pedagang tidak terpuji yang memanfaatkan momen Idul Adha menjual hewan tidak sehat dengan harga lebih murah dari harga pasaran karena tidak laku pada hari biasa. Harga yang miring biasanya menarik pembeli. Padahal, hewan kurban tersebut mengandung penyakit.
Penyakit yang kerap didapati pada hewan kurban adalah cacing hati atau antraks, utamanya pada sapi. Sementara itu, beberapa penyakit yang bisa menyerang hewan kurban kambing adalah penyakit mata, kudisan, schabies, dan diare. Kudisan diakibatkan kontradiksi dengan organ yang permanen, sedangkan infeksi dan schabies disebabkan oleh protozoa.
Pencegahan penyakit antraks dipantau pula melalui pola mobilisasi hewan-hewan di berbagai wilayah perdagangan antarkota. Jika terjadi kasus antraks pada satu wilayah tertentu, pengawasan peredaran hewan dari daerah tersebut mutlak diawasi secara ketat. Pencegahan agar hewan kurban tidak terkena penyakit antraks dilakukan dengan pemberian vaksinasi kepada sapi-sapi yang berada di wilayah perbatasan. Beberapa daerah melakukan tes kesehatan bagi hewan-hewan yang dijual untuk kurban.
Kasus cacing hati masih mendominasi penyakit hewan kurban saat penyembelihan hewan kurban. Penyakit yang merusak organ dalam ini merupakan kebanyakan kasus yang ditemukan saat pemeriksaan di tempat penyembelihan. Jika panitia kurban menemukan adanya penyakit seperti ini, hendaknya membuang bagian yang rusak agar lebih aman, sekalipun cacing-cacing di organ akan mati jika dimasak hingga matang.
Cacing hidup di usus hewan dan memproduksi banyak telur. Cacing ditularkan pada waktu hewan memakan rumput atau meminum air yang tercemar oleh hewan lain dengan telur cacing. Cacing juga bisa dari induk ke anaknya. Iklim tropis merupakan salah satu penyebab adanya cacing hati serta perawatan dan pola makan hewan ternak. Jika tempat hidupnya berada pada kondisi yang basah atau lembap, cacing bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Lingkungan yang basah atau lembap memungkinkan hadirnya siput air tawar sebagai inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh hewan.
Cacing hati dewasa hidup di dalam duktus biliferus pada hati domba, sapi, babi dan kadang-kadang manusia. Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri memudahkan hewan terinfeksi cacing. Rumput sebagai pakan utama hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) tetap dianggap sebagai faktor timbulnya parasit dalam tubuh hewan kurban. Oleh karena itu, sebelum rumput diberikan kepada sapi atau hewan ternak lainnya, rumput tersebut perlu diangin-anginkan terlebih dahulu, agar metaserkaria cacing tersebut mati.
Pada hewan kurban yang sudah terserang penyakit cacing perlu pengobatan yang tepat. Ketepatan diagnosis dilihat berdasarkan gejala yang tampak pada hewan ternak seperti nafsu makan hewan, suhu badan hewan, dan lainnya. Apabila nafsu makan hewan berkurang, perlu diperiksa gigi dan mulut serta mutu pakan. Mutu pakan yang rendah dapat menyebabkan hewan kurban kurang darah (anemia), lendir berwarna pucat, dan sering mencret. Metode untuk melakukan diagnosis penyakit cacing hati (Fasciolasis) pada sapi dan kerbau dengan menggunakan antigen Fasciola.