Pertanianku — Mungkin kata andalas sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, pasalnya nama tersebut menjadi sebutan lain Pulau Sumatera. Namun, masih jarang yang tahu andalas merupakan tanaman. Pohon andalas dapat tumbuh hingga setinggi 40–60 m dan akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau. Selanjutnya, tunas-tunas baru akan bermunculan setelah satu bulan diiringi dengan kuncup bunga.
Melansir dari Majalah Trubus Edisi Januari 2022, andalas merupakan tanaman berumah dua yakni tanaman yang memiliki bunga jantan dan betina yang terletak pada pohon berbeda. bunga jantan terdiri atas 4 kepala sari dan bunga betina terdiri atas satu putik yang bercabang dua. Bunga andalas merupakan bunga majemuk yang berbentuk malai dan terletak di ketiak daun.
Pohon andalas tumbuh di daerah lembah Gunung Marapi dan Gunung Sago, Batusangkar, kaki Gunung Talang, sekitar Maninjau, Sungai Puar, serta Batangbarus. Semua daerah tersebut berada di Sumatera Barat.
Andalas juga tersebar di beberapa tempat seperti di kaki Gunung Himalaya, Malaya, Filipina, dan Papua Nugini. Di Sumatera Barat, tanaman ini tergolong banyak sehingga sering dimanfaatkan untuk lantai, dinding, dan tonggak rumah.
Kayu andalas sering digunakan sebagai bahan baku industri seperti mebel. Hal itu karena kayu andalas tergolong awet, kelas awet 1 dengan BJ 0,75. Selain itu, kayu andalas terkenal mudah diolah. Faktanya, kayu andalas memiliki nilai ekonomi tinggi.
Masyarakat Minangkabau sendiri sering memanfaatkan kayu andalas sebagai tiang Rumah Gadang yang menjadi rumah adat. Hal ini karena kayu andalas dikenal berkualitas baik, kuat, dan tahan dari serangan rayap.
Pemerintah Sumatera Barat telah menjadikan andalas sebagai maskot berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Barat No. 522-414-1990 pada 14 Agustus 1990.
Keunggulan lain dari pohon andalas adalah daunnya yang berpotensi digunakan sebagai pakan ulat sutera. Selain itu, daun andalas terbukti berkhasiat di bidang kesehatan.
Memang hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan tanaman ini karena jumlahnya menurun drastis karena eksploitasi berlebihan. Kini, untuk menemukan andalas, Anda harus masuk ke hutan, biasanya daerah tersebut merupakan kawasan yang terjamin perlindungannya seperti di hutan adat Nagari Andaleh. Populasinya mencapai 12 pohon per hektare.