Pertanianku — Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari sapi banteng (Bos sondaicus). Sapi banteng merupakan sapi liar yang memiliki keunggulan dalam daya reproduksi, daya adaptasi, dan persentase karkas yang tinggi. Pada 22 Januari 2010, sapi bali telah ditetapkan sebagai rumpun asli Indonesia.

Sapi bali mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh sapi dari bangsa lain. Itu sebabnya sapi potong ini menjadi sumber daya genetik asli Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan sehingga dapat memberikan manfaat untuk kesejahteraan rakyat.
Salah satu ciri khas yang sangat mudah dikenali dari sapi bali adalah bulu tubuh yang berwarna merah bata. Adapun warna bulu pada sapi jantan akan mengalami perubahan menjadi kehitaman seiring dengan bertambahnya umur sapi. Biasanya, perubahan tersebut terjadi pada kisaran umur 12–18 bulan. Namun, perubahan warna tidak terjadi pada sapi jantan yang dikastrasi.
Bagian kaki sapi berwarna putih mulai dari tarsus/carpus ke bawah. Adapun bagian pantat, bibir atas, dan bibir bawah berwarna putih. Pada bagian punggung betina terdapat garis belut berwarna hitam. Tanduk sapi bali berwarna hitam, meruncing, dan melengkung ke arah tengah.
Sapi bali memiliki kemampuan kerja yang baik. Begitupun dengan kemampuan hidup secara liar, daya adaptasi terhadap pakan, daya adaptasi terhadap cekaman panas, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan jelek, dan kemampuan mencerna pakan berserat tinggi.
Uniknya, sapi bali murni hanya diternakkan di Pulau Bali. Itu sebabnya sapi di Pulau Dewata ini tidak boleh dipersilangkan dengan jenis sapi lain. Sapi hasil domestikasi ini sudah tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan konsentrasi penyebaran di Pulau Lombok, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Sumbawa, dan Lampung.
Keunggulan sapi bali dibanding sapi-sapi lokal adalah fertilitas, angka kebuntingan, dan angka kelahiran yang tinggi. Jumlah angka kelahirannya mencapai lebih dari 80 persen. Sapi ini sangat berpotensial sebagai penghasil daging.
Pemberian pakan yang baik dapat membuat pertambahan bobot mencapai 0,7 kg/hari pada jantan dewasa dan 0,6 kg/hari pada betina dewasa. Karkas yang dihasilkan oleh sapi lokal ini mencapai 51,5–59,8 persen.