Pertanianku — Tanaman bangle hantu terdengar sedikit menyeramkan, tetapi sebenarnya berkhasiat dijadikan obat herbal. Tanaman ini memiliki beberapa nama yang berbeda di setiap daerah. Misalnya, di Sumatera lebih dikenal dengan nama bunglai hanti, sedangkan masyarakat Sunda menyebutnya panglai hideung. Tanaman obat ini memiliki nama Latin Zingiber ottensii Valeton: borne red beehive ginger.

Herba ini berbatang semu, tingginya mencapai 2 meter, tumbuh merumpun dan tegak. Daunnya tunggal berbentuk lanset dengan ujung yang meruncing. Buah bangle hantu berbentuk bulat berwarna hitam. Rimpang tanaman ini berwarna ungu kotor dengan aroma yang sangat khas dan menusuk.
Bagian yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini adalah rimpang dan daun. Tanaman ini mengandung terpenoids dan dairylheptanoid. Dari kandungannya tersebut, tanaman ini bisa digunakan untuk mengobati gatal, sakit pinggang, demam, encok, dan batuk.
Untuk mengatasi gatal, remas daun dan gosok-gosokkan pada bagian yang gatal. Sementara itu, untuk mengatasi batuk, rebus satu ruas rimpang dan ditambah segenggam daun saga dengan segelas air. Minum air rebusan dua kali sehari hingga batuk mereda.
Rimpang bangle hantu dapat menghasilkan 0,38 persen minyak berwarna pucat kekuningan berbau khas camphorous. Minyak yang terkandung pada rimpang tanaman ini merupakan campuran antara mono dan seskuiterpen dengan zierumbon yang menjadi komponen paling dominan dari kesuluruhan total minyak.
Senyawa penting lainnya yang dimiliki oleh bangle hantu adalah terpinen-4-ol, p-cymene, sabinene, dan humelene. Tanaman herba ini dapat berfungsi sebagai antibakteri, anti-oksidan, dan antifungi.
Secara empiris, tanaman obat ini bisa digunakan untuk mengobati demam, batuk, kejang pada anak, menghangatkan dan membersihkan darah, serta berguna sebagai obat sakit pinggang.
Hingga saat ini belum ditemukan literatur yang membahas kontraindikasi dari penggunaan bangle hantu sebagai tanaman obat. Namun, tidak disarankan menggunakan tanaman ini dengan dosis tinggi.
Bagi ibu yang sedang hamil dan menyusui tidak disarankan mengonsumsi obat herbal dari tanaman ini. Sementara itu, untuk anak-anak, jangan mengonsumsi obat dengan dosis tinggi tanpa adanya rekomendasi dari dokter atau herbalis.