Kini Budidaya Kol dan Kubis di Dataran Rendah Bukan Lagi Bualan

Pertanianku – Tanaman hortikultura biasanya banyak ditanam di dataran tinggi. Hal ini karena sejumlah tanaman hortikultura membutuhkan hawa sejuk untuk menghasilkan sayuran yang berkualitas. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak petani mulai membudidayakan produk hortikultura di dataran rendah.

Foto: pexels

Hal inilah yang dilakukan oleh Saripudin asal Depok, Jawa Barat. Udin biasa ia disapa, bahkan berhasil membudidayakan sayuran di daerah tempat tinggalnya di Depok.

Udin mengatakan untuk mengembangkan budidaya sayuran di dataran rendah tak menggunakan teknologi khusus. Namun, kunci suksesnya terletak pada perawatan yang harus dilakukan secara intensif sejak awal penyemaian benih.

“Tanaman harus benar-benar diperhatikan dan dirawat setiap hari, tidak bisa hanya didiamkan saja. Media tanam yang digunakan perlu diperhatikan, yakni yang strukturnya halus, misalnya campuran tanah dan abu bakaran sampah organik yang telah disaring. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi tanah seperti pada dataran tinggi. Selain itu, diberikan pestisida organik yang dicampur dengan air saat menyiram tanaman sehingga tanaman menjadi tahan terhadap serangan hama dan penyakit,” terang udin.

Menurut Udin, penanaman kembang kol dan kubis di dataran rendah memiliki beberapa keuntungan. Salah satunya, keadaan udara tidak selalu lembap seperti pada dataran tinggi. Dengan begitu, tanaman bisa terhindar dari hama penyakit yang muncul akibat kelembapan yang tinggi seperti pada dataran tinggi yang membuat petani harus jor-joran menyemprot tanaman mereka dengan pestisida sintetik.

Begitu pula dengan penggunaan pupuk sintetik karena ingin mengejar kecepatan produksi. Padahal, penggunaaan pupuk yang jor-joran bisa membuat tanah menjadi keras dan justru membuat pertumbuhan lambat. Hal itu membuat harga jual sangat rendah, apalagi crop/bagian yang siap panen tidak bisa tahan lama, hanya 1 minggu.

Berbeda halnya dengan bunga kubis dan kembang kol di dataran rendah yang bisa bertahan hingga 1 bulan sehingga petani dataran rendah bebas memanen.