Kisah Sukses Pembudidaya Ikan Nila dengan Karamba

Pertanianku – Marzuki, seorang pria asal Desa Aro Muarabulian, Batanghari, mencapai kesuksesannya dengan membudidayakan ikan nila yang ia tekuni delapan tahun belakangan ini. Bahkan, berkat kerja kerasnya, kini ia memiliki ratusan unit karamba di bantaran Sungai Batanghari.

Berawal dari bantuan karamba dari pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perikanan dan Kelautan, Marzuki kini tengah berada di puncak kesuksesan.

Dalam kurun waktu dua tahun, pria yang sehari-hari akrab disapa Kindul itu sudah memiliki 31 unit karamba. Bahkan, dia sudah mampu membuka lapangan pekerjaan dengan merekrut tiga orang pemuda untuk dijadikan karyawannya.

“Awalnya saya menerima bantuan dua unit karamba dari Dinas Perikanan Provinsi Jambi pada 2009. Dua tahun kemudian, usaha saya berkembang menjadi 31 unit,” kata Marzuki.

Marzuki menyebut, seluruh karamba miliknya berisi ikan nila. ikan nila dia pilih dengan alasan lebih cepat panen jika dibandingkan dengan ikan patin. Untuk satu karamba, berukuran 3 × 4 m, diisi dengan delapan ribu bibit nila. Dalam waktu empat bulan, ikan sudah bisa dipanen dengan berat rata-rata lima ons.

“Dalam satu bulan minimal delapan karamba yang dipanen, hasil dari satu karamba kalau dihitung bersih setelah gaji karyawan dan pakan ikan mencapai Rp2 juta,” cerita Marzuki.

Ikan nila hasil panen dari karamba kemudian dibawa ke Pasar Keramat Tinggi untuk dijual. Marzuki saat ini juga telah memiliki lapak ikan sendiri tempat pekerjanya berjualan.

Selain sibuk mengelola karamba miliknya, Marzuki yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Rizki III selalu memerhatikan kesejahteraan anggotanya. Sebanyak 20 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Rizki III rutin diberikan subsidi pakan.

Usaha karamba yang ditekuni Marzuki bersama kelompok taninya merupakan program Dinas Perikanan Provinsi Jambi yang berhasil di Kabupaten Batanghari. Keberhasilan Marzuki bahkan telah mendapat penghargaan pada 2010 lalu. Dia diajak Distributor Comfeed Jambi, Guantoyo, melakukan studi banding di tiga negara ASEAN, yaitu Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Selama mengunjungi tiga negara itu, Marzuki mendapatkan berbagai ilmu dalam mengembangkan usaha ikan, khususnya ikan nila. Ilmu itu kemudian diaplikasikannya di Desa Aro. Usahanya perlahan meningkat dari 31 unit menjadi 100 unit di 2012.

Usaha perikanan di luar negeri berbeda jauh dengan yang ada di dalam negeri. Petani ikan di luar negeri sangat memerhatikan aspek yang berhubungan dengan budidaya ikan, mulai dari karamba, pakan, dan pemasaran.

Usaha budidaya ikan nila di bantaran Sungai Batanghari telah membuat ekonomi Marzuki jauh lebih baik dari sebelumnya. Bayangkan saja, dari satu unit karamba, dia bisa mendapat keuntungan bersih dua juta rupiah. Kalau dikalikan 100 unit saja, Marzuki akan mendapat keuntungan dua ratus juta rupiah setiap kali panen.

Saat ini, ia sedang membangun gudang yang nantinya akan diisi dengan pakan ikan. Gudang pakan itu didirikan Marzuki tepat di simpang tiga Pasar Aro. Pembangunan gudang pakan ikan beton itu memerlukan dana Rp100 juta lebih.