Pertanianku — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan oleh KKP adalah mendorong masyarakat untuk membuat alat tangkap tuna handline melalui pelatihan yang digelar Balai Pusat Pelatihan dan Penyuluhan (BPPP) Bitung dengan tajuk ‘Pelatihan Membuat Alat Tangkap Tuna Handline.
Pelatihan tersebut digelar untuk memotivasi masyarakat untuk membangun startup alat tangkap tuna handline melengkapi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan peralatan yang dibutuhkan untuk melaut.
Pelatihan diikuti oleh 73 peserta yang berasal dari 27 provinsi di seluruh Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Mansia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja mengajak peserta untuk berani membuat alat tangkap sendiri.
“Membuat saja tidak cukup. Kita harus menciptakan alumni pelatihan ini menjadi startup–startup, pelaku usaha yang baru,” ujar Sjarief seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Sjarief mendorong agar peserta yang mengikuti pelatihan bisa menjadi pelaku usaha baru untuk menyediakan jasa pembuatan alat pancing. Oleh karena itu, selain mengajarkan cara pembuatan alat pancing, BP3 Bitung diminta untuk memfasilitasi peserta dengan informasi mengenai akses untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan dengan memperhitungkan aspek ekonominya.
“Misalnya hook, senar, alat pemutarnya beli di mana dan sebagainya. Dengan begitu, mereka bisa hitung materialnya satu set ditambah biaya tenaga kerjanya itu berapa dan pantasnya dijual berapa. Nah, perhitungan ekonomi ini juga harus disampaikan,” papar Sjarief.
Menurut Sjarief, usaha pembuatan alat pancing tuna handline berpotensi cukup besar. Pasalnya, alat tangkap sederhana ini tidak memiliki daya simpan yang panjang sehingga nelayan butuh melakukan reparasi pada alat tangkapnya tersebut. Selain itu, peluang usaha jasa reparasi alat pancing akan semakin dibutuhkan.
Usaha ini cukup berpotensi, terutama untuk penduduk di wilayah-wilayah sekitar Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Teluk Tomini. Ketiga daerah tersebut merupakan wilayah migrasi ikan tuna, tongkol, dan cakalang. Komoditas perikanan tersebut menjadi sumber mata pencaharian yang berpotensial bagi masyarakat setempat. Hasil tangkapan dari daerah tersebut dijual di pasar lokal dan pasar ekspor.