Pertanianku — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), pada Kamis (6/8) menggelar pelatihan pembuatan burger tuna rumput laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan. Pelatihan ini diikuti oleh 902 peserta dari 34 provinsi di Indonesia.

Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang diadakan oleh KKP yang berkolaborasi dengan Kemendes PDTT. Kedua instansi tersebut memang berkomitmen untuk membina masyarakat khususnya yang berada di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) dengan mengandalkan komoditas perikanan yang sangat kaya di Indoensia.
Pelatihan tersebut dilaksanakan secara daring dan menghadirkan tiga narasumber, di antaranya Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Apriliya Pregiawati; Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat Kemendes PDTT, Helmiati; dan Widyaiswara Madya Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bitung, Trixa Paula Rumajar.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja mengatakan, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya laut yang sangat melimpah. Ditambah dengan adanya sumber daya manusia dengan kapasitas intelektual yang mendukung. Kedua modal tersebut dapat menjadikan bangsa menjadi lebih unggul.
Dilansir dari kkp.go.id, setidaknya di Indonesia ada 555 jenis rumput laut yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada 2018, Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut terbesar di dunia dengan volume 213.000 ton atau setara dengan 30 persen total eskpor rumput laut di dunia.
Namun, sayangnya nilai ekspor rumput laut di Indonesia masih cukup kecil dibandingkan negara-negara lain, nilainya hanya menempati urutan ketiga dengan nilai ekspor sebesar USD 294 juta. Sementara, posisi pertama ditempati oleh Tiongkok dengan nilai ekspor mencapai USD 594 juta. Padahal, jumlah rumput laut yang diekspor oleh Tiongkok hanya sebesar 76.000 ton.
Tingginya nilai ekspor rumput laut asal Tiongkok karena negara tersebut mengeskpor rumput laut dalam bentuk produk turunan atau olahan yang bisa memberikan nilai tambah. Sementara itu, Indonesia masih mengekspor rumput laut dalam bentuk bahan mentah dengan nilai yang rendah. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan inovasi.
Inovasi yang bisa dilakukan adalah mengolah bahan baku tersebut menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung rumput laut, burger tuna rumput laut, produk kosmetik, ataupun produk farmasi.