Pertanianku — Ikan termasuk bahan pangan yang cukup mudah didapatkan di Indonesia, serta mampu mencegah stunting. Namun, ternyata tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal tersebut mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncurkan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan).

Melansir dari Indonesia.go.id, kebiasaan mengonsumsi ikan masyarakat Indonesia juga masih tergolong rendah. Dirjen PDSPKP Artati Ardiati, menyebutkan bahwa konsumsi ikan per kapita di Indonesia hanya sekitar 14,6 kg. Pada 10 tahun terakhir tercatat adanya kenaikan jumlah sebesar 20 persen. Namun, apabila dilihat dari versi lain yang berbasis pada ikan segar utuh yang terserap di pasar domestik, konsumsi per kapita di 2022 sebesar 39,7 kg. Jumlah tersebut naik signifikan dibanding 2010 yang hanya berada di kisaran 24,6 kg.
Meski telah mengalami kenaikan, angka konsumsi ikan di Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.
Tingkat konsumsi ikan di Indonesia lebih tinggi pada masyarakat dari daerah bagian timur dibanding bagian barat (kecuali Provinsi Aceh). Provinsi dengan tingkat konsumsi ikan terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, kemudian disusul dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Sementara itu, provinsi dengan tingkat tertinggi adalah Maluku dan Sulawesi Tenggara kemudian disusul dengan Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Berdasarkan catatan KKP, jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah kelompok ikan tuna, tongkol, dan cakalang, jumlahnya mencapai 16,45 persen dari total ikan yang dikonsumsi. Di posisi kedua diisi oleh kelompok ikan dan makanan jadi (KIMJ) seperti bakso, sosis, nugget, dan lainnya. Setelah itu, disusul oleh ikan lele, patin, gabus, kembung, bandeng, mujair/nila, udang dan cumi, teri, ikan asin, serta kembung asin.
Kadar protein ikan segar atau olahan tergolong tinggi. Misalnya, ikan cakalang mengandung protein sebanyak 24,2 persen, tuna 23,7 persen, dan bandeng 21,7 persen. Selain kaya protein, ikan juga mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A, dan B1.
Salah satu penyebab tingkat konsumsi rendah adalah ikan yang berkualitas tinggi lebih sering untuk pasar ekspor. Distribusi ikan di pasar domestik masih dihadang oleh berbagai persoalan sehingga persediaannya terbatas.