Kualitas Fisik Biskuit Pakan Limbah Tanaman Jagung

Pertanianku – Sifat fisik merupakan bagian dari karakteristik mutu yang berhubungan dengan nilai kepuasan konsumen terhadap bahan. Sifat-sifat bahan serta perubahan yang terjadi pada pakan dapat digunakan untuk menilai dan menentukan mutu pakan. Di samping itu, pengetahuan tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan koefisien proses penanganan, pengolahan, dan penyimpanan (Muchtadi dan Sugiono, 1989). Faktor yang mempengaruhi sifat fisik bahan, yaitu kadar air, aktivitas air, kerapatan, dan daya serap air.

Kualitas Fisik Biskuit Pakan Limbah Tanaman Jagung

Kadar air pada semua biskuit pakan sesuai dengan standar kadar air yang ditetapkan oleh SNI (1996), yaitu maksimal 14%. Kadar air biskuit pakan berkisar 11,25—13,10%. Aktivitas air adalah jumlah air bebas yang digunakan mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Syarief dan Halid, 1993). Nilai aktivitas air suatu bahan pakan ada pada kisaran nilai 0,7% sehingga cukup baik dan tahan selama penyimpanan karena mikroba hanya dapat tumbuh pada aktivitas air di atas 0,7%. Aktivitas air pada biskuit pakan berkisar 0,812—0,866%. Tinggi rendahnya aktivitas air pada biskuit dapat dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam bahan baku atau pun suhu lingkungan. Daya serap air biskuit hijauan pakan merupakan kemampuan biskuit untuk menyerap air di sekelilingnya agar berikatan dengan partikel bahan atau tertahan pada pori antar partikel bahan. Rataan daya serap air pada biskuit pakan berkisar 35,13—148,62%. Pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan erat kaitannya dengan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba di dalamnya.

Jumlah air di dalam bahan yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba dikenal dengan istilah aktivitas air (aw = water activity). Jika kandungan air bahan diturunkan maka pertumbuhan mikroba akan terhambat. Pertumbuhan bakteri patogen terutama Staphylococcus aureus dan Clostridium botulinum dapat dihambat jika aw bahan pangan <0,8, sedangkan produksi toksinnya dihambat jika aw bahan pangan <0,85.

Produk kering yang memiliki aw <0,85 dapat disimpan pada suhu ruang. Akan tetapi, jika aw produk >0,85 maka produk harus disimpan dalam refrigerator untuk mencegah produksi toksin penyebab keracunan pangan yang berasal dari bakteri patogen. Nilai aw <0,8 ditujukan pada keamanan produk dengan menghambat produksi toksin dari mikroba patogen. Pada kondisi ini, mikroba pembusuk masih bisa tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan (Winarno, 1991).

Bakteri dan kamir butuh kadar air yang lebih tinggi daripada kapang. Sebagian besar bakteri terhambat pertumbuhannya pada aw <0,9; kamir pada aw <0,8; dan kapang pada aw <0,7. Beberapa jenis kapang dapat tumbuh pada aw sekitar 0,62. Oleh karena itu, kapang sering dijumpai mengontaminasi makanan kering, seperti ikan kering dan asin yang tidak dikemas. Penghambatan mikroba secara total akan terjadi pada aw bahan pangan <0,6 (Syamsir, 2008).

Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan ukuran partikel dalam lembaran dan sangat tergantung pada kerapatan bahan baku yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran (Retnani et al., 2009). Rataan kerapatan biskuit pakan berkisar 0,508—0,684 (g/cm3). Biskuit pakan yang mempunyai kerapatan tinggi akan memberikan tekstur yang padat dan keras,

sebaliknya biskuit pakan yang mempunyai kerapatan rendah akan memperlihatkan bentuk yang tidak terlalu padat, tekstur yang lebih lunak, dan memiliki rongga-rongga.

Sumber: Buku Teknik Buatan Pakan Ternak